Kamis, 11 Oktober 2012

Tinggal Kenangan



“ tinggal kenangan ”

Entah apa jadinya bila ada seorang adik yang cemburu dengan kakaknya sendiri, cemburu akan semua kelebihan yang ada pada diri kakaknya yang bernama junita saffilani yang kini tengah duduk di bangku kelas 3 SMA, ia lahir di jawa barat pada tanggal 9 juni 1995 dan adiknya juwita saffira yang kini berada di kelas 2 SMA, ia lahir di jawa timur pada tanggal 18 maret 1996. Dan pada akhirnya juwita menjadi seorang model serta pemain film layar lebar terkenal. Berawal permasalahan ini timbul dari juwita sendiri, ia berubah menjadi seorang preman karna ingin populer, jujur saja sebenarnya juwita anak yang pintar tapi sayang ia terlalu malas dengan yang nama nya belajar, memang sih banyak orang yang menilai dia itu jail. Tapi, sebenarnya itu ga benar! Hati nya baik kok, Cuma karna gara gara dia cemburu ama junita, dia berubah menjadi preman yang mach. Dengan menjadi preman di sekolah nya, ia sudah menjadi salah satu wanita yang di segani banyak orang dengan kejailan nya, dia di kenal populer dengan sebutan si ratu preman.
            Mau tau…. Gimana akhir dari cerita ini?! Ayo teman, kita simak selengkapnya ya…!

Kau buat aku bertanya
Kau buat aku menangis dengan rasa ini
Aku seakan tak percaya
Akan kah ada pengganti mu
selamat jalan kasih
aku mencintai mu
aku kehilangan mu untuk selama lama nya
cinta ini kan ku kenang
tak kan pernah ku lupa
semoga tidur mu itu tak menjadi selama nya
aku kan selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupan mu yang sudah mewarnai isi hati ku
maaf aku tak bisa menjaga mu lagi
karna ku harus pergi untuk selama nya
            ku lihat dicky menangis memegang erat tangan kakakku, seperti tak rela untuk begitu saja ia lepaskan namun, sayang itu semua harus berakhir sampai di sini. Di peluk nya aku dan ia berkata. “ katakan padanya jika ia sudah bangun dari mimpi buruknya itu, bahwa aku kan selalu menyimpan rasa yang tak kan pernah ada gantinya! ” kata dicky melepaskan dekapannya pada ku lalu mencium tangan mamaku dan pergi untuk selamanya. Aku terdiam sejenak lalu menangis mendengar kata kata cinta yang penuh dengan makna, sesekali ku pandang sahabat kakakku yang begitu setia menemaninya. Dulu aku tak pernah menangis saat menatap matanya tapi kini sebuah berubah menjadi air mata. Ku peluk kedua sahabat ku, dan lagi-lagi aku terus berkata “ sahabat adalah teman terbaik yang akan selalu menemani kita di saat kita tak  tersenyum! ”
Itulah sepenggal cerita, yang akan terjadi.

            “ junita. Siapa yang tak kenal dengan kakak ku itu di sekolah ini? Pastinya tak ada seorang pun! ”
            Junita, dia cewek paling populer di sekolah ini. Bukan hanya cantik, pintar, baik, tidak sombong, dan memang benar mempunyai daya tarik yang membuat orang tergila jika melihat nya. Selain itu dia juga menjadi bunga kebanggaan di sekolah ini, benar sangat sempurna keberuntungan yang ada pada dirinya. Dia lebih di kenal dengan sebutan smart girl. Ya, menurut ku itu pantas untuknya. Sudah pintar cantik pula. Hobbynya tak lain shopping, berdandan, dan selalu saja tanpa hari tak berfoto. Ya, dia sangat senang dengan hal semacam itu.
            Tapi aku turut bersyukur mempunyai kakak sepertinya, karna dia aku juga menjadi populer. Populer akan di segani dengan banyak orang disekeliling ku, terkadang aku tertawa melihat tingkah-tingkah mereka yang berlari-lari jika melihat ku. Tentu saja aku selalu berkata “ hei…! Aku bukan monters yang datang untuk memakan kalian semua! ” terkadang aku termenung, aku seiring bertanya pada diri ku “ seistimewa apakah kakak ku junita ? mengapa mereka dan mereka menganggap ku bukan adik nya junita, ya walaupun junita sering membela ku sesekali jika teman-temannya menyindir ku, selalu saja hati dan mata ku menjadi cemburu buta melihat nya.”
            “ junita…. ” sapanya sahabat kakakku
            “ ya, ada apa? ” sepontan ia pun menoleh kebelakang
            “ nih, ada hadiah lagi dari adik kelas lo. ”
            “ waaauw… Makasiih. ” ucapnya tersenyum dan sedikit melirik ke arahku  
            Tak sangka jika hari ini, hari valietin. Pantasan saja hampir puluhan kotak coklat dan surat cinta yang mereka berikan untuk kakakku.
            “ junita …. Buat gua satu yaa?” rayu pipit tersenyum lembut
            “ ya, ambil aja kalo lo mau. ” jawabnya santai
            Tak heran junita selalu saja menghampiri aku saat hari penuh dengan coklat, ya dia memang tau apa yang aku suka. Walau tak terlalu perhatian, secara diam ia membawa banyak kotak coklat untuk ku. sedikit takut jika bertemu dengan segerombolan orang yang menyukai nya.
            “ hei …..! melamun aja ni, coba tebak kakak bawa apa buat kamu ?! mmmmmph ” lirik nya lalu tersenyum hangat
            “ tudo point aja kali, ga usah pakek sok baik gitu …! ” jawab ku sedikit kasar 
            “ emmmmph oke, nih coklat buat kamu … ” sepontan ia tersenyum dan memberikan coklat itu padaku
            Ya, tak ada kata segan dan menolak untukku jika sudah melihat cokelat.

***

            Lain bagiku dan lain bagi mereka, bagi mereka aku bukanlah adik kandung junita. Ya, bagaimana tidak. Jujur saja, sebenarnya aku tak pernah ingin bersekolah di satu tempat yang sama dengan kakakku. karena……………………………………………………………………………………………… Aku mempunyai banyak kebedaan dan kekurangan yang tak di miliki oleh kakakku. tak lain seperti warna kulitku, kakakku mempunyai kulit yang bewarna putih susu, lain dengan kulitku yang bewarna kuning langsat. Bukan hanya itu, aku tidak sepintar kakakku dan aku juga tidak sepopuler kakakku. Aku benci dengan mereka semua, aku lebih di kenal dengan sebutan si ratu preman, Sifat ku yang sangat suka mengganggu orang dan gayaku yang ugal-ugalan. Itu lah satu hal yang paling mereka benci dari ku, aku selalu saja membuat masalah di sekolah. Bayangkan saja baru satu semester aku berada di sekolah ini, sudah 3 kali orang tua ku di panggil untuk menjumpai kepala sekolah. Jujur saja aku tak pernah ada maksud untuk berbuat jail di sekolah maupun di luar sekolah namun, tau saja hati dan diri ku terlalu jealous melihat kakak ku yang ku anggap gadis sempurna.
Sedikit ku coba untuk berubah, tapi maaf bukan tak bisa tapi aku tak terbiasa. Baik lah aku akan selalu mengatakan aku diri ku dan kamu bukan aku, Semua perkataan mereka aku jadi kan tulisan di buku harian tebal dan mungil punya ku. Jangan salah loh walau pun aku sering di nilai sama orang kurang baik tapi, preman-preman kayak gini baik juga loh hati nya. Eumm…. Jangan salah juga, preman-preman gini jago masak juga loh! (y) Aku sangat senang dengan panggilan “ si ratu preman! ” karena panggilan itu aku menjadi populer. Tapi, maaf aku populer bukan karena cantik, manis, pintar atau yang lain. Aku populer karena sifat jail ku yang kurang di senangi oleh banyak orang. Sesekali muncul lagi keinginan ku untuk berubah, mengapa tidak? Aku ingin seperti kakak ku. Aku ingin di kagumi dengan banyak orang dan bukan hanya itu aku juga ingin menjadi pintar seperti kakak ku, siang ini terlalu sunyi di dekat taman perasaan ku, aku ingin ada yang datang menghampiri ku. namun, semua itu tak mudah yang seperti aku harap kan, tetap saja setia nya sahabat ku. 4 tahun sudah lama nya persahabatan yang sudah aku jalani dengan jemmy dan aldila, mereka sahabat terbaik serta orang terbaik yang pernah aku kenal. Banyak jalan cerita yang kami lalui bersama-sama, senang, duka, sedih dan lara tetap kami jalani bersama. Mata ku pun kini terbuai akan indah nya memandang awan yang terasa sedang tersenyum pada ku tetapi, itu semua sekejab hilang menjadi abu. Bisikan maut kini terasa menghampiri kedamaian ku, sedikit hati ku bertanya apa lagi kemauan si gadis itu datang menghampiri ku.
            “ eh… ratu preman! Sorak  trisie. Tumben diam sendiri? Biasanya kan lo sama kedua sahabat setia lo itu, kok lo jadi sendiri gini? ” tanya trisie tersenyum kecil
            “ eh… lo mau gua tonjok ya! Jawab ku tukas. Mau gua sendiri lah apa lah, itu bukan urusan lo…! ” ucap ku sepontan meninggalkan nya tanpa membalas sedikit senyuman
            “ ih…. Takut deh! ” jawab trisie santai

***

            Malam kini sudah larut, langit-langit kamarku kini melenyap. Hanya aku dan tinggal diriku saja yang masih terus memandang gambar-gambar yang ada di sekitar dinding kamarku, aku tak tahu kapan mataku ini akan terpejam. Tetapi, lama-kelamaan mataku terasa lelah untuk terus memandang gambar-gambar itu. Mataku pun terpejam sudah, ku rubuhkan tubuhku kembali ke dalam selimut bewarna hijau pekat itu. Kini mimpi-mimpi indah terus menghampiriku. Akupun terbuai sudah, hingga pagi datang tak terasa untuk membangunkan aku. Dan beginilah akibatnya kebiasaanku yang kurang disiplin untuk bangun lebih pagi, lagi dan lagi aku menghembuskan nafas kurang lega untuk menyambut pagi ini. Keluhku yang lagi-lagi terus datang menyalahkan si bibi yang selama ini merawatku dari kecil hingga aku besar, dan akhirnya tempat yang aku tujupun kini terlihat sudah. Bangunan yang besar, indah dan megah itu kini sudah menungguku, permainanpun kini dimulai. Sejuta tawa aku lontarkan saat aku tengah berjalan menuju kearah kelas, semua mulai memandangku dengan wajah menunduk dan saling menolehkan sedikit kepala. Tetapi, sesaat itu hilang berlalu. Aku pun merasa heran saat mereka mengalihkan pandangannya kearah yang lain, langsung saja aku memotong jalan mereka satu-persatu sambil sedikit bertanya dalam hati “ iih norak banget sih, ada apaan sih emang?! Kok pada macam pasar ikan semua ya? ” namun, semua belum terjawab jika aku belum terus bergegas untuk melihatnya dan kini terlihat sudah. rupa-rupanya itu seorang lelaki yang banyak digemari ama cewek-cewek di SMA ku ini, ya termasuk sahabatku yang bernama aldila salah satu penggemarnya.
            “ ya elah…. Ternyata dia rupa nya! Kalo gua tau dia mah, kagak bakalan gua liat tuh mukak….! ” ucap ku yang kini sepele
            “ Tuh… kakak senior kesayangan lo al! ” sambung jemmy kini melirik aldila
            “ aduh…. Kita kesana yuk? Ajak aldila yang kini terus merengek. Gua kan juga mau foto bareng ama kak dicky! ”
            “ yah males banget gua, cowok kayak si dicky itu di perebutin! Aduh… ga ada yang lain apa? udah tampang pas pasan kayak gitu lagi ih… ogah! ” tukas ku
            “ iya lo bener juwit! Jempol jemmy untuk ku. Lo juga al ngapain kejar cowok jelek kayak dia? ” Tanya nya sesekali
            “ enak aja kalian jelek jelekin kak dicky… Kalian liat aja ya, gua yakin pasti di antara kalian berdua nanti nya ada yang suka ama kak dicky! ” jawab aldila sedikit murung
            Kini akupun mulai tak peduli dengan rengekan aldila, dengan sedikit melirik akupun masuk kedalam kelas. Sepulang dari sekolahpun aku, jemmy dan aldila tidak langsung pulang kerumah. Kami pergi kelapangan basket terlebih dahulu, untuk melihat sejenak sang pangeran impian aldila itu. “ aduh, sumpah deh al kalo bukan karena lo sahabat gua, gua ga akan mau capek-capek kayak gini dan buang waktu untuk ngeliat si dicky main basket! ” keluh ku
            “ plis….. kali ini aja ya jem, juwit! ” rayu aldila sekali lagi
            “ aduh terserah lo deh, yang jelas mendingan lo samperin dia aja deh di sana yang lagi pada istirahat! ”
            “ emmmmmp bener banget lo, bener tuh apa kata juwit! Nih minuman untuk dia, udah gih pergi sana jangan lupa kasih tu minuman ya! ” saran jemmy  
            “ tapi gimana cara nya? ” jawab aldila seolah begok
            “ yah payah amat si lo. Tinggal negur, kasih, udah deh selesai kan! ” tukas jemmy  yang kini mengkerut kan alis nya
            Kini tak ada sedikit jawaban lagi dari aldila si gadis super juper telmi itu, ia hanya dapat sedikit gugup dalam berjalan saat ingin menyapa sang pangeran impian nya itu. Tingkah laku nya serasa tak wajar lagi, keringat dingin datang meleleh kan sekujur tubuh nya itu. Hanya aku dan jemmy yang kini saling menoleh keheranan melihat nya, dengan sedikit tawaan kecil.
            “ hai.. Kak dicky! ” sapa nya malu-malu
            “ hai juga aldila. Ada apa? ” jawab dicky kini tersenyum
            “ oh, enggak Cuma mau kasih ini aja kok! ” ucap aldila yang lagi-lagi menjadi salah tingkah
            “ waaauw…! Makasih ya. ” jawab nya santai sambil mengambil minuman itu dari tangan ku
            “ wuuusss ada minuman tuh. Untuk gua ya! ” sambung yudha yang sepontan membuka tutup minuman itu dan meminumnya
            “ yah, itu kan buat dicky. Kok jadi lo yang minum sih yud? ”
            “ ou.. sorry! Abisnya gua masih haus banget nih… ”
            “ ih, ganggu orang aja sih! Ga tau apa kalo gua lagi pe…de…ka…te… an ama kak dicky…! ”
            “ hah ? yakin lo? ” tanya nya sedikit meragu
            Aldila pun bergegas pergi meninggalkan mereka dengan wajah murung di hadapanku, aku dan jemmy hanya bisa sedikit terdiam untuk jawaban itu.

***

            Matahari pagi kini menyinari seisi ruang kamarku, menyapaku dengan bahasa kalbu yang indah. Namun, mataku masih tetap terpejam, tubuhku masih saja terasa berat untuk bangun menyambut keindahan pagi hari ini. tetapi,  jikaku fikir didalam mimpiku. Matahari yang telah menerang membangunkan aku  pasti akan marah datang melelehkan aku yang masih saja bermalas-malasan. Seorang perempuan tua yang kini datang mendekat keatas tempat tidurku, dan sedikit membisikan sebuah kata yang kini belum juga terjelas dengar di telingaku.
“ non, bangun non. Sudah pagi! ” lagi-lagi si bibi yang datang untuk membangunkan aku dari mimpi-mimpiku yang tak pasti nyata
Dan lagi-lagi aku yang ramah di sapa dengan sebuah nama non juwita itu pun bangkit dan membuka kedua mata indahku, dengan sedikit menguceknya beberapa kali saja lalu, menatap wajah si bibi yang sedang hendak mencoba ingin membangunkan aku lagi. Dengan wajah sedikit murung akupun menatap sebuah cermin besar yang mewah itu di kamarku, sambil memandang sebuah gaun yang hendak tak punya niat inginku pakai. Tetapi, lagi-lagi mamaku menatapku sedikit kurang baik jika aku terus menolak untuk memakai gaun kembang bewarna hitam bunga biru itu. Dengan wajah terpaksa akupun mengambil gaun yang ku kira itu bukan gaun terbaik jika aku yang memakainya, mamaku hanya sedikit tersenyum melihat tingkahku yang kurang disenangi.
            Kini sudah tiba saatnya untukku keluar dari kamar dan memamerkan sedikit senyumanku yang memakai gaun kembang itu, aku tahu mungkin sedikit kurang pantas bagiku yang sudah akrab disapa sebagai “ SI RATU PREMAN ” memakai sebuah gaun yang mereka anggap itu cukup feminim untuk aku yang mengenakannya. Wajahku pun kini mulai memerah saat mama terus saja memaksaku untuk keluar dari kamarku, hatiku tersentak, rasa bersiap malu kini terus terlintas di angan-anganku. Warna-warna pelangi kini menghiasi seisi ruangan terbuka itu, dengan keindahan pagi yang kini cukup mendukung cuacanya. Tapi kini tinggal aku yang masih  ragu untuk keluar dari kamar.
            “ aduh mama, aku gak pede pakek gaun norak kayak begini. Aku maunya pakek pakaian yang keren dan meching ala preman sekarang! ”
            “ juwita percaya dong, kamu ini udah cantik banget sayang! hanya pagi ini saja… ” Bujuk mama
            “ ma, juwita gak habis piker deh. Yang ulang tahun itukan kak junita, bukan juwita mama..! jadi, ngapain cobak juwita turun ribet-ribet pakek gaun yang uuuuuuhhh gak banget. ” ucapku sedikit lebih kecewa membayangkan hal semacam ini
            “ juwita, harusnya kamu seneng dong sayang. Oke mama tau kamu benci sama yang namanya baju gaun tapi, Cuma pagi ini aja sayang. Dan itu gak lama…! ”
            “ pokoknya juwita gak mau! ”
            “ oke kalau kamu tidak mau turun sekarang, mama akan ngurung kamu seharian! ”
            Ucap mama yang kini sepontan meninggalkan ku begitu saja di dalam kamar sendirian.
“ huh..! Kalo bukan karna trauma jatuh pake gaun, gua bakalan tiap hari pake gaun ” keluhku
            Kini aku hanya dapat terdiam dalam kamar, menyaksikan keindahan pesta dari balik jendela kamar dengar sorak sorai kegembiraan menghadiri acara ulang tahun kakak ku, perasaan sedih muncul saat setetes demi setetes air mataku jatuh membasahi kedua pipiku dengan terus menatap rasa kecemburuan yang kini sudah mendalam. Hatiku kini serasa tersambar kuatnya petir, aku terus saja menangis dan membanting semua benda-benda yang kini ada di hadapanku. Aku terus bertanya dan bertanya pada sebuah cermin yang padahal dia hanyalah sebuah benda mati.
            “ apa kurangnya gua? apa kesalahan gua, sehingga gua gak pernah bisa kayak kak junita? Gua cemburu! Gua cemburu sama semua yang ada dalam dirinya junita! Junita selalu jadi kebanggaan buat semua orang tapi, gua Cuma bisa buat onar dan gak pernah bisa jadi kesayangan buat semua orang! Gua mau kayak junita….. heuheuheuheuheu……! ” ucapku yang kini terus menangis di atas lipaatan selimut tebal itu.
            Setelah lama menangis, akhirnya sedikit terdengar suara bisikan pintu yang kini terbuka lebar. Mataku yang tadinya indah kini menjadi lembam karena terus-terusan menangis, tak ada seorangpun yang peduli padaku saat ini. hanya saja si bibi yang tetap membujukku agar aku tak murung lagi, mama bahkan juga dengan kakakku hanya diam melirikku. “ ya Tuhan, andai di sini ada papa. Pasti papa bisa lebih mengerti sepenuhnya dengan sikapku ….! ”  
            “ ma, juwita minta maaf ya. ” bujukku saat tengah makan siang
            Wajahku tertunduk, saat tak ada sedikitpun jawaban yang aku dapatkan dari mama maupun dari junita. Saat itu aku hanya dapat terdiam membisu dan melanjutkan makan siangku. Siangpun berlalu dan menjadi keindahan sore tetapi, itu sejenak hilang menjadi malam rasa-rasaku saat mama tetap diam dan tak ingin bicara padaku. Kini aku hanya dapat menunggu malam tiba, ingin rasanya aku menangis di atas rembulan yang indah. Namun, dapatkah aku mencapainya. Mungkin itu hanya sekedar mimpi berlalu, mengingat memori saat papa masih ada di sisiku. Tapi kini papa harus berada jauh di mataku, dan dekat di hatiku.

***

            Masih dengan kebiasaan buruk yang setiap paginya kubuat, selalu merasa ribet dan menyalahkan si bibi yang kini tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi untukku. Dengan sedikit keluh, gerak-gerikku masih saja tertinggal. Teriakan yang dahsyat yang memperingati supaya si bibi yang lagi-lagi lupa menyiapkan pakaian sekolahku hari ini, belum lagi omelanku yang terus saja datang menghantui telinga si bibi untuk menyusun mata pelajaran hari ini. Bukan main pusing kepala tujuh keliling si bibi menyiapkan semuanya dengan sendirian, mamaku hanya terdiam dan sedikit mengkerutkan alisnya melihat tingkahku yang belum juga berubah. Dan akhirnya sekolahku pun kini tertuju sudah, dan lagi-lagi mereka mengalihkan pandangannya untuk mengabaikan aku dan memandang kearah junita yang sedang berjalan menuju kelas. tetapi, sedikit aku perhatikan dari kejauhan tampak ada yang datang menghampiri kakakku junita. Belum lama aku memperhatikan gerak-geriknya seorang lelaki yang belum ku kenal itu, tiba-tiba saja jemmy dan aldila datang menghampiriku. Dan langsung saja aku mengalihkan pandanganku kearah mereka dan berjalan menuju kelas bersama kedua sahabatku.  
“ hei! ” sapa lelaki itu yang katanya dia mantan pacarnya kakakku dulu      
“ top….! ” kakakku terkejut matanya serasa gelap dan ia menguceknya beberapa kali
            “ hei, junita! Lo masih ingat sama gua kan? mantan pacar lo. Mantan yang udah lo buang, lo hina di depan banyak orang, jujur gua masih ada rasa dendam sama lo! ” ucapnya tersenyum kecil
            “ jadi lo sekolah di sini? Sejak kapan lo ada di sini? ”
            “ gua rasa lo ga perlu tau tentang hal itu, yang jelas gua bakalan ngalahin lo perlahan di sekolah ini ” jawabnya sepontan meninggalkan junita
            Mata kakakku kini terasa benar-benar gelap, aliran nafasnya kini sudah mulai tak wajar. Ia menjadi sesak seperti di bekap dengan bantal, kepalanya pusing berputar-putar dan kini ia hanya dapat terbaring di atas ranjang UKS sekolah.
            “ maafin gua jun, lo harus tau gimana rasanya sakit hati! ” ucap top yang kini sedikit melirik kearah UKS
            “ eh, ratu preman..! Ayo, ikut gua kakak lo di ruang UKS tuh lagi sakit! ” ajak pipit menarik tanganku
            “ kenapa lagi tuh orang? Nyusahin gua aja deh kayaknya! ” jawabku sepele
            “ lo kurang ajar banget sih jadi adik, bukan nya khawatir sama kakak lo, ni malah sepele kaya gitu! ” jawab pipit yang kini menunjuk ke arah junita yang sudah terbaring di ruang UKS
            “ jantung lo kambuh lagi? Tanyaku sedikit memelankan suara. Kalo lo uda ga sanggup untuk belajar, pulang aja kerumah biar gua yang ngantar lo pulang! ”

***

Malam kini datang menghampiriku, kulihat kakakku junita yang kini masih saja terbaring di atas ranjangnya dengan gulungan selimut tebalnya itu. kini aku tak tau, mengapa aku terdiam melihat keadaannya, mataku mulai berbinar-binar. Ingin hatiku menangis, ingin diriku juga ikut menangis tapi, niatku itu sepintas hilang berlalu saat si bibi menyapaku dan menghelus lembut kepalaku. Dengan rasa keheranan, sinar pagi datang membawa rasa kecintaannya untuk tetap menjadi temanku, membangkitkan aku dari segala mimpi dan membuka kedua mataku. Tanpa basa-basi si bibi datang menyapaku dan sudah menyiapkan semua perlengkapan sekolahku hari ini, akupun tak mau ketinggalan dalam langkahku kali ini. tetapi, tetap saja junita yang lebih cepat menghampiri mamaku di ruang makan. Huffff baiklah kini junita ternyata sudah sembuh dan bisa kembali beraktivitas lagi. Kufikir junita kakakku itu sudah tidak selamat lagi dari maut yang berniat untuk menjemputnya, karena penyakit jantungnya yang sudah tak mungkin lagi bisa kukatakan itu bisa bertahan lama. Kini aku sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah dengan menggandeng tangannya junita, aku rasa itu bukan suatu lelucon yang bisa membuat orang berfikir mengapa aku bisa sedekat itu dengan junita. Dari kejahuan saja pandangan mereka yang tadinya berlalu lalang, kini tepat memandang junita dan sedikit memandangku sambil tertawa pelan. Aku hanya terdiam dan kini aku beranjak melepaskan gandenganku dan pergi meninggalkannya dengan sedikit rasa kecewaku.
            “ juwit….! Lo kenapa? Kok lo nangis gitu? ”
            “ kenapa sih jem, gua tu beda dengan kakak gua? salah gua apa? ” tanyaku kini melirik ke atas wajah jemmy
            “ juwit, setiap orang itu pasti punya kekurangan dan kelebihan. Lo gak salah kok, semua ini udah takdir. ”
            “ dan harusnya lo bersyukur, coba lo fikir. Kak junita walaupun dia cantik tapi dia juga punya kekurangan dalam fisiknya yaitu penyakit jantung, sedangkan lo tetap masih sehat bugar…! ” sambung aldila yang kini sedikit ikut menangis melihatku
            Jam istirahatpun kini sudah tiba, aku dan kedua sahabatku berjalan menuju ke arah taman sekolah tapi, sedikit kuintip dan kudengar pembicaraan kakakku dengan sahabatnya yang bernama pipit itu saat tengah sedang berjalan. 
              jun 2 bulan lagi kita tampil drama loh! Seru pipit tersenyum tak sabar. Dan minggu depan kita ada latihan jangan lupa datang ya jun. ”
            “ oke deh, pokoknya lo tenang aja deh. Hehehe….! ” jawabku dengan sedikit tawaan kecil

***

Pagi yang penuh pesona hari ini, terasa sangat dingin untuk ku begitu juga untuk jemmy dan aldila yang tengah asyik membicarakan sang pangeran impiannya aldila. Akupun mengalihkan pandanganku dengan sedikit candaan agar mereka tertawa riang tapi, entah mengapa aldila sahabat ku itu terfikir untuk mengungkapkan isi hatinya secara langsung pada kakak seniornya itu. aku yang tadinya berniat ingin membuat mereka tertawa kini menjadi tertawa sendiri mendengar ucapan dari aldila. Namun, jika sudah aldila yang memutuskan apa boleh buat walaupun ia sedikit takut kalo saja kak dicky entaran di ambil orang. Bagaimana enggak sih? Secara gitu kakak senior yang sangat di gemari di sekolah ini, bukan hanya ganteng, manis, pintar, dan pastinya baik hati gitu katanya.
“ lo yakin?  ” Tanyaku sedikit meragukannya
“ hmmmmm, gua yakin. ”
“ ah..! udah sana kita jagaain deh ni taman biar ga ada yang ngeliat! ” bujuk jemmy memaksa aldila untuk masuk kedalam belakang taman
“ iya dila, ini bener moment paling seru deh! Sambungku yang kini mendukung
Perlahan-lahan langkah aldila menuju sang pangeran impiannya pun kini sampai sudah. Jantungnya terasa berhenti, dan tak berdetak lagi. sedikit aldila mencoba untuk menghilangkan rasa gugup yang ada pada dirinya dan akhirnya “ aku siap! ” tekadnya
“ hai, kak dicky.. ” sapanya tersenyum
“ hai juga aldila, Ada apa? ”
“ hmmmmm aldila mau nanyak sesuatu sama kak dicky, kalo boleh tau kak dicky itu udah punya pacar belom? Sejenak tak kudengar sedikit jawaban darinya. Loh, kenapa kakak hanya diam? Tanya ku heran. Ya, aku ngerti kok aku inikan jelek, aku juga gak pintar dan aku…. aku juga gak secantik orang-orang. Tapi, sebenarnya aku suka sama kakak. Dan itu udah dua tahun lamanya. aku udah coba untuk ngerubah semua itu tapi, bukan aku gak bisa. Cuma, aku gak terbiasa kak. ” hanya ucapan itu yang cepat aku lontarkan dengan pandangan yang kini mengundang air mataku 
“ dan kamu gak perlu berubah untuk aku, karena aku udah 1 minggu menjalin hubungan dengan junita. ” jawabnya kini menatap kedua bola mata aldila
“ oke makasih dengan jawabannya! Anggap aja ini hanya suatu le..lu..con yang huff konyol banget…! ” aku menoleh ke arah jemmy dan juwita dan  pergi meninggalkan nya tanpa sedikitpun adanya senyuman
“ al. udah dong jangan nangis! ” bujukku
Kini tanpa ada sedikit penjelasanpun aku dan jemmy sudah mengerti apa yang jelas sudah terjadi hari ini, dan cukup aku tak menyangka bahwa ternyata lelaki itu sudah menjalin hubungan selala 1 minggu dengan kakakku junita.

***

“ Kini perih yang tengah aku rasakan di dalam benakku! Benar sakit rasanya jika aku telah memendam perasaan itu selama 2 tahun pada kakak seniorku dicky tapi, kenapa harus kayak gini jadinya…? ” sesal aldila menangis tersedu-sedu
“ udah al jangan nangis lagi, lagian buat apa coba lo nangis kayak gini? Apa kak dicky akan berpaling ke lo. Enggakkan! ”
“ makanya kalo cinta itu jangan terlalu cinta, gini deh kejadian nya! ” tatap jemmy sambil memberikan sapu tangan kepada aldila
Tak ada yang mengerti bagaimana yang namanya kesakitan dalam mencinta, sakit sekali jika mencintai namun tak di cinta. Sekalipun kamu, dia dan mereka tetap saja tak paham dengan yang namanya kesakitan cinta terkecuali itu hanya diri sendiri. Tak lama sedikit berbincang dengan kedua sahabatku sambil menangis tersedu-sedu, ponselku pun tiba-tiba berdering. Ku lihat ada satu pesan dari mama ku. Dan ternyata mama menyuruhku pulang dengan segera. Sesampai di rumah, kulihat mamaku sedang membuka sesuatu. Bingkisan besar yang aku tak tau itu untuk siapa dan dari siapa. Tak ada basa-basi akupun menghampiri mama dan bertanya.
 “ mama lagi ngapain sih? Kok pakek acara nyuruh juwit pulang, padahalkan juwit lagi asyik ngumpul bareng ama jemmy. 
            “ lihat ini, mama belikan satu buah gaun indah untuk kamu loh sayang! ” jawab mama tersenyum menatapku
“ hah? Gaun lagi? Ma, juwita itu bukan kayak kak junita yang hobbynya make up dan pakek gaun! ” ucapku yang benar-benar cukup kecewa dengan hal ini
            “ juwit, mama tau pasti karena waktu SMP kamu pernah jatuh saat ikut fashion showkan ! tapi, itu dulu sayang. Dan sekarang pasti itu gak bakalan terulang lagi… ”  
            “ ma, kalo aku tetap gak suka sama gaun. Itu berarti aku tetap gak suka! ” jawabku yang masih saja keras kepala
            “ yasudah kalo kamu ga mau mama atur lagi, sekarang terserah sama kamu! ”
            Tak ada jawaban lagi dariku, hanya jawaban kesal dariku yang kini membanting pintu kamarku. Dengan menatap cermin sambil menangis, dan terus menangis hingga pagi datang lagi untuk menyadarkan aku.

***
            Pagi indah penuh pesona kini tampak dari wajah kakakku junita yang berbinar-binar. Dengan senyuman, ia mengirim hembusan kedamaian yang turun menghampiri dan mendekapnya dengan penuh rasa kecintaan. Bukan main bangganya ia tetap mempertahankan prestasinya untuk menjadi bintang sekolah, moment yang begitu hangat baginya tidak bagiku yang lagi-lagi terjerat dalam sebuah permainan yang tak dapat aku bayangkan.
 juara 2, bintang sekolah tahun ini jatuh kepada Juwita Saffira….! Di harapkan kepada anak kami untuk naik ke atas panggung segera! ” ucap bu lili yang kini tersenyum sambil menepuk kedua tangannya
            Aku serasa tak percaya, seperti ada petir di siang hari yang datang untuk menyambarku. Dengan rasa sedikit kurang percaya diripun, aku naik ke atas dan mengucapkan sebuah kata aku bersyukur kepada Tuhan. Orang-orang kini terheran aneh melihatku yang pede berada di atas panggung, semua saling membisik satu sama lain membicarakan aku yang tengah masih berada di atas panggung. Dan ternyata………………………………………………………………….. itu semua ada kesalahan dalam pengucapan kata, bukan main malunya aku yang kini terus di sorak hingga aku ingin menangis rasanya. Tetapi, akan lebih malunya jika aku “ SI RTU PREMAN ” menangis tersedu-sedu di hadapan mereka, kenyataan yang sangat buruk untukku. Seketika wajahku benar-benar berubah menjadi warna pink, kucoba untuk menghilangkan rasa maluku.
“ guakan preman ngapain gua harus malu! ” ucapku melirih dalam hati
Tak lama selesai dari acara pembagian rapot kenaikan semester 2 itu akupun pulang bersamaan dengan kakakku, di dalam mobil yang super nyaman itu. mataku menerawang ke arah jendela, perasaan malu kini timbul saat pintu gerbang rumahku terbuka lebar dan kini aku hanya diam terduduk di atas kursi sofa mewah itu, sambil melihat kakakku yang kini terus di banggakan oleh mama. Dengan sedikit kata sindiran yang mama lontarkan untukku, terasa membuat hatiku jatuh seperti susah untuk bangkit kembali.
   liat tuh kakak kamu dia rajin belajar makanya, dapat banyak penghargaan. Makanya kamu belajar sama kakak kamu biar dapat juara kayak kakak kamu juga…! ”
“ mama kenapa sih selalu aja banding-bandingin aku sama junita? Aku tu gak sama kayak dia, jadi mama gak usah repot-repot terus banding-bandingin aku sama kak junita! ” jawabku kesal penuh dengan tatapan tajam menatap wajah junita
“ mama bukan bandingin kamu sayang tapi, mama mau kamu tu kayak kakak kamu! ”
“ aku bukan dia ma, aku bukan junita! Kalo mama udah tau aku gak sama pinternya kayak junita, ngapain juga mama sekolahin aku di satu tempat yang sama dengan junita? ” Tanyaku berkeras
“ sayang mama tuh nyekolahin kamu sama kayak kakak kamu, biar ada yang jagain kamu. ”
“ aku bukan anak kecil lagi ma, lagian buat aku junita itu gak pernah penting dalam hidup aku! ” jawabku sepontan meninggalkan mama
“ hmmm… anak itu memang keras kepala! ”
Aku menangis di dalam kesendirianku, aku terbayang akan semua kelakuanku yang pernah membuat orang jengkel terhadap ku.
“ heuh, gua lupa! Gua kan ratu preman ga pernah bole nangis! ” ucapku sambil menghapus air mataku

***

            Mentari bersinar terang melihatkan dirinya serta senyumannya. Sedikit kupandang hari yang kini mulai jadi lebih bewarna, aku bertanya dalam hatiku. adakah seseorang yang ingin mengajari aku hingga aku dan benar-benar aku tak menjadi anak yang nakal lagi? Tak ada jawaban, hanya saja tanda tanya besar di dalam hati. Nasihat guru saja tak kudengar, apa lagi nasihat orang tuaku. Sungguh aku lelah untuk berpura-pura menjadi si ratu preman, dengan rasa kecemburuan yang mendalam kini aku membawa kesalahan. Aku tersadar kelemahanku yang kini rindu akan kasih sayang dari seorang papa yang sudah lama menghilang dan belum juga kunjung untuk menghampiriku. Aku terbayang kasih sayangmu papa, kasih sayangmu yang dulu selalu ada untuk menemani hari-hariku hingga kini menjadi asap debu karena pekerjaan yang harus kau tempuh begitu berat. Aku akan selalu sadar jika aku memang seorang gadis remaja yang beruntung, beruntung mempunyai gaya hidup mewah dan mempunyai keturunan yang begitu kaya raya.
“ duh, gua kok baru sekarang ya sadarnya? Begok-begok, udah lama kali lo gak ketemu ama papa! ”
Tak lama semua bayangan itu terhapus dan hilang saat kudengar suara panggilan dari ruang depan datang menghampiriku dangan nada suara yang besar.
“ juwita….! Ayo, makan dulu! ”       
“ iya iya…! ” jawabku segera masuk ketoilet untuk membasuh wajahku, lalu turun untuk makan
            “ ini! ” sapa junita memberi sesuatu ditangan ku
            “ apaan nih? ”
            “ udah, entar sore lo pergi ke beautiq biasa kita beli baju ya…! ” jawab junita yang kini sedikit aneh tingkahnya terhadapku
            Tak mengerti aku maksudnya junita tapi, tetap saja itu suatu suruhan yang harus aku kerjakan. Tak lama aku pun berangkat bersama dengan nya.
            Sesampai di sekolah, aku melihat kedua sahabatku dari kejauhan melambaikan tangan mereka padaku.
            “ pada kesetanan apaan kalian, senyam-senyum gitu? ” Tanyaku sedikit keheranan
            “ lo tau gak ini hari apa??? ” Tanya aldila dengan nada sedikit tertawa
            “ya tau, inikan hari kamis!” jawabku sedikit mengkerutkan alis
            “ dan harikan, happy brithday sayang…..! ” sambut jemmy dan aldila dengan hangat
            Tak ku sangka ternyata ada juga kejutan di balik kesedihan cinta yang tak kumiliki. Ku tatap bola mata mereka dengan berlinang tetesan air mataku. Pandanganku kini sudah menjadi pandangan hangat, teringat hari yang pernah aku lalui bersama papaku saat aku berulang tahun malam itu. Banyak hadiah serta kue ucapan selamat untukku, aku tersenyum dengan semua ini walau hatiku menangis aku akan tetap memeluk erat kedua sahabat baik terbaikku itu. Seperti yang tadi aku katakan, sepulang sekolah aku harus pergi ketempat beautiq biasa aku membeli banyak model baju bersama junita kakakku. Sesampai disana, kulihat kakakku dengan seorang lelaki yang sudah agak lumayan tua. Ku mengintim sedikit sebelum masuk kedalam beautiq itu , dan tak pernah dapat aku bayangkan jika ternyata itu papa.
            “ papa….. ” lirihku yang kini menangis mendekapnya
            “ selamat ulang tahun sayang…! ” jawaban itu yang jelas kudengar di telingaku
             “ oya, juwit papa mau kamu harus merubah penampilan kamu! ” senyum papa mengambil sebuah gaun
            “ Pakek gaun? Tapi pa juwita gak pede. ”
            “ kenapa harus enggak? Katanya sayang sama papa…. ” kata papa mencoba merayu aku
            “ yaudah, ok ok juwita pakek untuk hari. ”
            Setelah beberapa menit papa dan kakakku menungguku di depan ruang pakaian ganti, akhirnya dengan sedikit wajah tersenyum aku keluar dan kulihat wajah papaku yang begitu berbinar, membuatku menjadi senang. Walaupun aku gak suka pakek gaun tapi, hal ini untuk membuat papaku senang akan aku lakukan.
            “ Oya juwit, papa punya satu tawaran untuk kamu! Tapi kalo kamu mau merubah penampilan serta sikap sifat kamu, papa akan kasih satu tiket ke amerika untuk kamu! Gimana kamu mau? ” tawar papa terus menatapku dengan keyakinan
            “ gak ah, juwita gak tertarik sama tawaran papa! ”
            “ certain? Coba kamu pikir-pikir dulu, apalagi nanti di sana kamu bisa tinggal sama papa! Ok, gimana kalo selama 4 bulan papa tunggu jawaban dari kamu? ”
            “ ok…! ” jawabku sepakat tersenyum manis
            Hatiku tambah senang karna kehadiran papa selama seminggu di rumah, ok kalau di bilang itu memang waktu yang singkat lagi. Tapi, mau gimana lagi. Papaku itu kan orang super juper sukses yang udah terkenal di luar negeri.
 “ Pa, entar gimana kalau kita buat kue bareng! Mau yaaa…. ”
            “ hmmmmm…. Boleh juga dengan ide kamu itu sayang, ok papa punya resep baruloh buat kue sepesial untuk kamu. ”
 Kini semua bahan sudah ada tepat di depan mataku, dengan sedikit berkedip mata akupun berniat untuk membuat moment kali ini menjadi lebih special.
“ hahahahahaha…….! Wajah papa jauh lebih muda loh ternyata kalok sedikit di olesin ama criem coklat. ” ledekku menertawakan keceriaan papa
            “ iih…… Anak papa yang satu ini bener-bener nakal banget deh. ” jawab papa sedikit mencubit pipiku
            Bahagia banget bisa di sisi papa lagi, kalo dulu sih aku masih bisa tidur bareng ama papa, sambil di bacain dongeng dengan junita. Tapi, sekarang itu udah beda dan gak mungkin lagi. Karena aku udah lebih besar dan gak mungkin terus-terusan jadi anak kecil kayak dulu. Bersenang-senang selama 2 hari untuk sedikit mengisi waktu menemani papa yang lagi ada di sini, aku rasa selama 2 hari aku tak berada di sekolah, pastinya membuat mereka yang membenciku terasa tenang. Tapi, bagiku sepertinya tidak terlalu begitu. Aku tau jika aku seorang  pengacau di sekolah tapi, aku juga sadar bahwa itu semua cuma terpaksa karena aku sedikit iri dengan junita kakakku. Haripun cepat berlalu dan selalu berganti, waktu yang terus berputar membuat kehadiran papa yang kini harus kembali ke America Serikat (USA). mataku berbinar-binar sudah, aku hanya dapat mendekap sekali lagi seorang papa yang paling hebat untukku dan juga untuk mama dan kakakku. Hatiku terasa hilang dan kurang sempurna dengan apa yang kini aku lihat, karena usai sudah jumpaku dengan papa.
“ good bye pa…! juwita sayaaang papa. ” ku coba memikirkan satu hal yang lebih baik lagi sebelum aku sukses mendapatkan tiket keamerika serikat (USA)
Papaku tersenyum dan melambaikan kedua tangannya dan itu semua kini tlah lenyap.

***
            Hari ini langit biru menghiasi dunia hatinya junita kakakku, hatinya serasa dag dig dug dog…..  kulihat ia berjalan mengekspresikan wajah serta gayanya di depan cermin panjang dalam kamarnya. Tak lama setelah itu ku dengar junita sedang berbincang dengan sahabatnya pipit lewat ponsel. Namun, hal itu tak perlu kucampuri. Aku lebih memilih mengejar waktuku sendiri dan kini aku bergegas pergi meninggalkan pandanganku dari junita. Dengan sepasang pita hijau yang menghiasi gulungan rambut junita yang kini tampak indah untuknya, dengan pakaian istimewa asal rancangan Negara Perancis kini telah siap melekat di tubuhnya. Ia pun bergegas turun dan menghampiri mama yang sudah menunggu sejak tadi.
“ Ma, gimana udah cantikkan pastinya?! Oya, ma junita pergi dulu ya, doain junita biar tahun ini drama junita yang menang ya mama! Ummuah junita sayang mama… ” ucapnya yang kini mengecup sebelah pipi mama
            “ iya sayang, hati-hati ya… ” jawab mama tersenyum pada junita
            Sekilas kegembiraan junita terpasang, di tengah perjalanan junita kembali bercermin dan sedikit mengambil gambar untuk ia pajang di dalaam kamarnya. Tersilang beberapa detik kemudian ponselnya kembali memanggil, dan ternyata itu dicky pacarnya kak junita. Sedikit mereka berbincang karena sudah tidak sabar untuk berjumpa. Tak lama setelah itu, pembicaraannya pun tertutup.
 “eummmm… dicky memang orangnya gak sabaran banget deh. ” bisikku tersenyum senang  
            Lampu merah kini menghentikan langkah jalannya mobil junita, dengan terpaksa ia harus menunggu hitungan detik lampu merah sampai jalan menjadi lampu hijau. Tersadar ternyata di samping mobilnya ada sebuah taxi dan ternyata di dalamnya itu juwita, junitapun membuka sedikit kaca jendelanya dan menyapa juwita adik kesayangannya itu dengan lembut. Tapi, sayangnya juwita tak sedikitpun ingin meliriknya. Tak ada rasa kecewa dari junita sendiri, hanya saja ia sudah lebih terbiasa dengan sifat adiknya yang kurang ramah itu.  junitapun kini menutup kaca jendelanya dan sedikit berbalik arah melihat kemana arahnya juwita pergi. Tanpa terasa sepontan mobilnya menabrak mobil tronton besar yang membawa batu-batuan, ia pun lengah dan tak sadar. Semua orang kini mengerumuni mobilnya melihat-lihat ke arahnya, matanya menjadi gelap seolah buta dan akhirnya tertutup rapat. Akupun yang tadinya mengambil jalur yang berbeda, kini membelok ke arahnya. Suara gentaran membuat aku hendak melihat ada kejadian apa yang menimpa di jalan perbelokan kiri. Kini akupun menyaksikan kepedihan yang ternyata kecelakaan maut itu terjadi pada kakakku sendiri, hatiku lemas menjadi tidak berdaya melihatnya yang kini sudah di ujung jalan. Mataku berbinar-binar dan kini aku hanya dapat menangis dan merangkulnya dengan sedikit bantuan orang-orang untuk membawanya kerumah sakit terdekat.
            Aku menangis pilu, hatiku tak kuat menerima apa yang baru saja aku saksikan. Sepintas aku terbayang akan semua kelakuan yang pernah aku lakukan padanya. “ ya Tuhan, aku sayang padanya, aku cinta padanya dan aku tak ingin kehilangannya. Tuhan jika waktu dapat terulang, aku berjanji aku akan lakukan apapun untuk bahagiakannya…. Ku mohon ya Tuhan, sembuhkan dia…. ”
Tak lama seorang dokter datang menghampiriku dan berkata hal yang tak seharusnya aku inginkan.
“ korban terkena luka yang cukup serius di bagian kepala, jadi dengan segera tim medis rumah sakit ini harus melakukan operasi terhadap korban yang bernama junita. Harap untuk saudari duduk tenang menunggu sampai operasi ini selesai di lakukan… ” 
            Setelah mendengar ucapan itu dari dokter, akupun mengambil ponselku dan memberi tahu kabar buruk itu pada mama tanpa sepengetahuan papa. Tak lama mama datang dengan wajah panik dan menangis, akupun hanya bisa menangis dan berdoa sepanjang waktu agar kakakku dapat bangkit dengan sesempurna mungkin. Lamanya perjalanan operasi yang kakakku jalani, tak membuat aku untuk lelah dalam menunggu. Kusadari apalah arti kecemburuan yang selalu ada dalam fikiranku, kurasa semua sama saja. Tiada yang berbeda, kini aku sadar. Kebahagian seseorang bukan dari kelebihan yang ia miliki, karena sesungguhnya ia juga masih mempunyai kekurangan yang terkadang kita tak dapat ikut merasakannya. Karena kebahagian yang sesungguhnya adalah terletak dalam kekurangan yang kita miliki dengan cinta dan tanpa kecemburuan. Tapi kini hatiku hancur sudah, tangisku sakit, batinku rapuh. Saat aku tahu bahwa junita harus tidur panjang dalam mimpi yang takkutahui. Dan kini aku selalu bertanya, dan kini aku selalu berdoa agar dia tetap hidup dalam terangnya dunia yang mencintainya. Sesungguhnya ia memang tak ada gantinya dan sesungguhnya ia memang pantas untuk di cintai dan memang pantas untuk selalu di kenang dengan ketegarannya.
“ Tuhan… apa benar, orang-orang baik itu akan selalu cepat pergi meninggalkan orang-orang yang mencintainya? Tuhan… sadarkan lah ia, agar ia tahu bahwa di sini banyak orang yang menunggunya untuk tetap mengisi hari-hari dunia. Tuhan sesungguhnya aku ketahui bahwa ia memang tidak dapat tergantikan, ia memang pantas di cintai dan ia memang pantas untuk selalu di kenang dengan harumnya bunga melati. Tuhan aku berjanji akan selalu menjaganya, tuhan aku berjanji tidak akan ada lagi kecemburuan. Tuhan aku berjanji akan merubah semua jalan kehidupanku seperti jalan yang ia lalui, aku akan coba menggantikan posisinya walau itu seharusnya takkan mungkin tapi kini telah menjadi mungkin.
 “ ma. Apa sebaiknya kita kasih tahu papa aja? ” Tanyaku dengan sedikit berlinang air mata
            Mamaku sedikit menahan jawabannya dengan menghembuskan nafasnya. “ juwit.. itu hanya percuma, mama fikir ini belum waktunya kamu tahu dengan keadaan kakakmu seperti ini. ”
            “ ma. Apa ada 1 hal yang mama sembunyiin dari aku? ”
            “ mama yakin kamu bisa lebih dewasa dengan semua keputusan mama dan papa yang akan bercerai…. ”
            Hanya 1 kata yang kini menjadi pertanyaan dalam fikiranku. “ bercerai? ” aku tak dapat bicara dengan semua apa yang nantinya akan terjadi, yang sekarang kufikirkan hanya junita. Hanya junita, yang harus bisa bangkit dari tidurnya itu. Tak lama setelah itu kulihat sahabat kakakku yang bernama pipit itu datang dengan kekasih pujaan kakakku beserta ke dua sahabat baikku, aku sedikit terkejut akan kedatangan mereka yang belum ada kabarnya. Kini setetes demi setetes air mataku jatuh membasahi kedua pipiku, setelah aku mendengar semua ucapan dari kak dicky yang akan pergi menyusul keluarganya di Australia.
Kau buat aku bertanya
Kau buat aku menangis dengan rasa ini
Aku seakan tak percaya
Akan kah ada pengganti mu
selamat jalan kekasih
aku mencintai mu
aku kehilangan mu untuk selama lama nya
cinta ini kan ku kenang
tak kan pernah ku lupa
semoga tidur mu itu tak menjadi selama nya
aku kan selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupan mu yang sudah mewarnai isi hati ku
maaf aku tak bisa menjaga mu lagi
karna ku harus pergi untuk selama nya
            ku lihat dicky menangis memegang erat tangan kakak ku seperti, tak rela untuk begitu saja ia lepaskan namun, sayang itu semua harus berakhir sampai disini. Di peluknya aku dan ia berkata.
“ katakan padanya jika ia sudah bangun dari mimpi buruknya itu, bahwa akukan selalu menyimpan rasa yang takkan pernah ada gantinya. Dan aku yakin, tidurnya takkan jadi untuk tidur selamanya… ” ucapnya melepaskan dekapannya padaku lalu mencium tangan mamaku dan pergi untuk selamanya
            Aku terdiam sejenak dan kulihat lagi sahabat kakakku yang begitu setia menemaninya di samping kakakku. Ku peluk kedua sahabatku, dan aku akan selalu mengatakan. “ sahabat adalah teman terbaik yang akan selalu mensuport kehidupan kita dan beruntungnya aku mempunyai semua itu… ”
            Hari hari semakin lenyap berganti, sudah 44 hari lamanya kakakku yang kini masih tetap belum sadar dari masa kritisnya. Aku mencoba sedikit berubah untuk lebih baik, aku merubah sikap sifat serta asah otakku secara diam diam. Mencoba perlahan untuk belajar dan ternyata tak sia-sia selama ini. Dan akhirnya kini aku berubah menjadi sosok wanita yang ingin selalu tegar dalam kekurangan seperti junita, yang saat ini masih dalam kondisi kritis. Aku tak tahu harus sampai kapan junita seperti ini, sedih melihatnya. Aku ingin dia bangkit, tersenyum saat melihatku di sini masih ada untuknya dan sudah menjadi seseorang yang dia inginkan. Setiap hari aku selalu melihat keadaan kakakku yang masih terbaring di rumah sakit dan setianya sahabat kakakku yang selalu menunggu kehadiran kakakku. kak pipit, dia adalah sahabat terbaik kakak ku. Dia selalu menemani hari-hari kakakku yang belum juga sadar dari mimpi buruknya. Dia selalu berada di samping untuk menemani keadaan kakakku, dan itulah sahabat sejati.

Sahabat
Tetap
Menemani
Kita
Hingga
Kita
Dapat
Tersenyum
Kembali
Dari
Mimpi
Buruk
Yang pernah ada dalam hidup yang kita lalui

***

8 bulan kemudian
            Pagi datang menghampiri kepanasan yang tengah hadir di dalam suasana rumahku. Angin bertiup kencang menggoyahkan pepohonan rindang, hujanpun  datang menjadi susulan di tambahnya petir yang dahsyat. Begitulah umpamanya kemarahan papaku yang kini semakin lebih memuncak sepulang aku dari sekolah, aku hanya dapat tertunduk dan terdiam membisu. Aku menghindar dari semua kekusaman itu, aku lebih memilih untuk menangis dan berdoa pada Tuhan. Terasa sedih melihat amarah papaku pada mama, kini terdengar jelas puing-puing kaca yang di hancurkan dengan papaku dan hanya dapat menahan tangis bahwa aku akan tetap tegar dalam hal yang tak pernah terjadi di sepanjang sejarah hidupku ini.
            “ Tuhan andai di sini akan selalu ada junita, pasti ku yakin ini takkan pernah akan terjadi… ”
            Namun semua pertengkaran takkan menjadi akhiran dalam permasalahan. Aku berkata “sudahlah, hentikan semua pertengkaran ini. Juwita gak sanggup liat papa marah-marah terus dan pastinya gitu juga dengan kak junita. Percuma aja papa bertengkar karena aku yakin masa kritis kak junita pasti akan berlanjut karna papa dan mama kayak gini! ”
Mama….. Papa…..
Dalam kegelapan malam engkau selalu ada
Ada di samping untuk selalu melindungi
Tapi mengapa kini menjadi
Puing puing kaca
Menjadi bara dalam kesedihan
Menjadi kesengsaraan dalam kehidupan
Hanya tangis yang dapat tersambut dalam hati
Hanya emosi yang tak dapat terjaga lagi
Tuhan dapatkah kau hilangkan masalah besar yang tak pernah terjalin ini?
Redakan lah semua pertengkaran yang kini terjalin di antara mama dan papa

***

            Kini aku tersenyum menyambut tahun baru untuk mimpi baru yang akan aku jalani. Tetapi, masih saja terlihat kurang dengan kini tak adanya junita, sudah 2 tahun 44 hari aku menunggu kakakku untuk bangun dari tidurnya, namun sayang mungkin tuhan belum mengizin kannya untuk menyambut kehidupan baru

Good by
Masa SMA
Kan
Ku
Jadi kan
Masa
Terindah
Yang
Akan
Selalu
Ku
Kenang
Di
Dalam
Sebuah
Buku kecil mungil punya ku
            Ternyata memang benar kata orang bahwa, masa SMA itu adalah masa terindah yang tak pernah boleh kita lupakan.
            Banyak kenangan yang tak dapat aku lupa kan, termasuk kenangan ku bersama ke dua sahabat ku, kejailan ku dan tentang amarah ku pada kakak ku.
            Walau tahun berganti tetapi sahabat tak terganti, sahabatku tetap yang dulu jemmy dan aldila, dan kak pipit tetap selalu menemani hari serta langkah dalam mimpi buruk kakak ku. dia dan dia tetap saja setia menemani kakakku, terima kasih sahabat.

***

            Dan akhirnya perjalanan hidupku kini berubah, aku tahu tak mudah menerima sosok seseorang yang dulunya bahagia, kini menjadi semu adanya. Menjadi seorang anak broken home bukanlah hal yang aku inginkan, tapi jika kufikir kini hidup tlah berubah. Roda kehidupan selalu berputar dan tak selamanya aku menjadi bahagia. Aku tak ingin terjerat dalam kegelapan karna kehancuran, aku ingin bangkit dan ingin menuju terang. Agar aku dapat meraih bintang dan berteriak pada dunia bahwa “ inilah aku… aku akan buktikan tak seutuhnya anak broken home terkadang hancur karena kegelapan hidup yang ia lalui, masih ada jalan menerang untuk perubahan. Dan aku ingin tunjukkan walaupun kini aku seorang anak broken home, bukan berarti aku tak bisa melalui hidupku dengan bahagia…! ”
            Kini aku hanya tersenyum walau dalam hati aku terus menangis melihat mama hanya sendiri menemani hari-hari junita yang belum pasti dapat kembali dari masa kritisnya. “ mama yakin kamu bisa. Ucap mamaku kini menangis memelukku. Juwit, ini hanyalah sementara. Tak mungkin selamanya kita merajut bahagia, baik-baik disana untuk mama, papa dan kakakmu… ”
            “ juwita sayang mama, juwita janji bakalan buktiin ke mama dan kak junita kalo juwita bakalan nepati janji juwita untuk berubah menjadi sukses. Yang seperti mama, papa dan kak junita inginkan. ”
            Mamaku kini tersenyum melihat dan mendengar sebuah janji yang akan aku tepati nanti. “ kak, kakak harus bangun… jangan biarkan mama sendiri, karena aku harus pergi untuk sementara ninggalin semua kebahagian yang pernah terajut dalam hidup kita. ”
            Kini usai sudah semuanya, 8 bulan aku pergi dan kini aku ingin kembali melihat wajah ceria mama dan kak junita saat melihatku pulang dengan tiba-tiba menjadi seseorang yang sukses. Tak sabar aku rasanya ingin mengucapkan sebuah kata untuknya yang tepat hari ini berulang tahun. Tapi kini semua janji itu tlah hilang, selembar kertas berisi tulisan puisi dan makna kesetiaan kini terapus sudah. Satu puisi kecil yang aku rangkai untuknya kini jatuh menjadi sebuah tangisan, walau kutahu kematiaan takkan pernah mengakhiri cinta.
Belum sempat aku membagi kebahagiaanku untuknya
Belum sempat aku membuat dia tersenyum indah
Haruskah aku kehilangannya di saat aku membutuhkannya
Tuhan ku mohon jangan lakukan itu
Sebabku sayang dia
Sebabku tak rela tak selalu bersamanya
Jika harus ku alami duka kuatkan hati ini menerimanya
            Dan kini batinku tersiksa, saat kutahu dia pergi di saat aku sedang bahagia. Aku bertanya padanya, walau aku tahu aku takkan pernah mendapatkan sebuah jawaban dari mulutnya lagi. “ kak, bangun! Bangun kak, lihat juwita… lihat kak, juwita udah sukses, juwita udah tepatin janji juwita buat kakak. Tapi kenapa kakak pergi? Kenapa di saat juwita belum sukses, kakak selalu ada? Tapi kenapa sekarang di saat juwita sukses kakak gak ada? ” ucapku yang terus menangis memeluknya
            “ juwita cukup nak, kakakmu sudah tiada. Jangan sesali semua yang sudah terjadi, jangan menangis dan jangan bertanya padanya jika kamu memang melakukan kebaikan ini untuk almarhumah kakakmu… ”
            “ baik-baik di sana nak. doa papa, mama dan juwita akan selalu menyertaimu di sana… ” kini papa dan mamaku hanya bisa pasrah dan mencoba tidak untuk menangis, walaupun sebenarnya aku tahu mereka menangis pilu mengingat junita. “ happy brithday kak junita… juwita yakin ini pilihan yang terbaik untuk kakak dan untuk semuanya. ”  itulah ucapan terakhirku untuknya, aku akan selalu mengenang kebaikankan yang selama ini terus mengalir untukku. “ selamat jalan junita……….. ”  
Kasihku sampai disini kisah kita
Jangan tangisi keadaannya
Bukan karna kita berpisah
Kini aku mengerti di dalam gelap dan terang saat bersama mu
Untuk mengambil setetes air mata cinta  
Tetap berjanjilah bahwa engkau akan selalu tersenyum
Untuk menerangi dunia
Cinta ku sayang ku kasih ku
Kan selalu temani langkah mu
Selamat jalan puisi akhir cerita kita
JUNITA SAFILANI


Tamat



Tidak ada komentar: