“ tinggal kenangan ”
Entah
apa jadinya bila ada seorang adik yang cemburu dengan kakaknya sendiri, cemburu
akan semua kelebihan yang ada pada diri kakaknya yang bernama junita saffilani
yang kini tengah duduk di bangku kelas 3 SMA, ia lahir di jawa barat pada
tanggal 9 juni 1995 dan adiknya juwita saffira yang kini berada di kelas 2 SMA,
ia lahir di jawa timur pada tanggal 18 maret 1996. Dan pada akhirnya juwita
menjadi seorang model serta pemain film layar lebar terkenal. Berawal
permasalahan ini timbul dari juwita sendiri, ia berubah menjadi seorang preman
karna ingin populer, jujur saja sebenarnya juwita anak yang pintar tapi sayang
ia terlalu malas dengan yang nama nya belajar, memang sih banyak orang yang
menilai dia itu jail. Tapi, sebenarnya itu ga benar! Hati nya baik kok, Cuma
karna gara gara dia cemburu ama junita, dia berubah menjadi preman yang mach. Dengan
menjadi preman di sekolah nya, ia sudah menjadi salah satu wanita yang di
segani banyak orang dengan kejailan nya, dia di kenal populer dengan sebutan si
ratu preman.
Mau
tau…. Gimana akhir dari cerita ini?! Ayo teman, kita simak selengkapnya ya…!
Kau
buat aku bertanya
Kau
buat aku menangis dengan rasa ini
Aku
seakan tak percaya
Akan
kah ada pengganti mu
selamat
jalan kasih
aku
mencintai mu
aku
kehilangan mu untuk selama lama nya
cinta
ini kan ku kenang
tak
kan pernah ku lupa
semoga
tidur mu itu tak menjadi selama nya
aku
kan selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupan mu yang sudah mewarnai isi hati
ku
maaf
aku tak bisa menjaga mu lagi
karna
ku harus pergi untuk selama nya
ku lihat dicky menangis memegang erat tangan kakakku,
seperti tak rela untuk begitu saja ia lepaskan namun, sayang itu semua harus
berakhir sampai di sini. Di peluk nya aku dan ia berkata. “ katakan padanya
jika ia sudah bangun dari mimpi buruknya itu, bahwa aku kan selalu menyimpan
rasa yang tak kan pernah ada gantinya! ” kata dicky melepaskan dekapannya pada
ku lalu mencium tangan mamaku dan pergi untuk selamanya. Aku terdiam sejenak
lalu menangis mendengar kata kata cinta yang penuh dengan makna, sesekali ku
pandang sahabat kakakku yang begitu setia menemaninya. Dulu aku tak pernah
menangis saat menatap matanya tapi kini sebuah berubah menjadi air mata. Ku peluk
kedua sahabat ku, dan lagi-lagi aku terus berkata “ sahabat adalah teman
terbaik yang akan selalu menemani kita di saat kita tak tersenyum! ”
Itulah sepenggal
cerita, yang akan terjadi.
“ junita. Siapa yang tak kenal dengan kakak ku itu di
sekolah ini? Pastinya tak ada seorang pun! ”
Junita, dia cewek paling populer di sekolah ini. Bukan
hanya cantik, pintar, baik, tidak sombong, dan memang benar mempunyai daya
tarik yang membuat orang tergila jika melihat nya. Selain itu dia juga menjadi
bunga kebanggaan di sekolah ini, benar sangat sempurna keberuntungan yang ada
pada dirinya. Dia lebih di kenal dengan sebutan smart girl. Ya, menurut ku itu
pantas untuknya. Sudah pintar cantik pula. Hobbynya tak lain shopping,
berdandan, dan selalu saja tanpa hari tak berfoto. Ya, dia sangat senang dengan
hal semacam itu.
Tapi aku turut bersyukur mempunyai kakak sepertinya,
karna dia aku juga menjadi populer. Populer akan di segani dengan banyak orang
disekeliling ku, terkadang aku tertawa melihat tingkah-tingkah mereka yang
berlari-lari jika melihat ku. Tentu saja aku selalu berkata “ hei…! Aku bukan
monters yang datang untuk memakan kalian semua! ” terkadang aku termenung, aku
seiring bertanya pada diri ku “ seistimewa apakah kakak ku junita ? mengapa
mereka dan mereka menganggap ku bukan adik nya junita, ya walaupun junita
sering membela ku sesekali jika teman-temannya menyindir ku, selalu saja hati
dan mata ku menjadi cemburu buta melihat nya.”
“ junita….
” sapanya sahabat kakakku
“ ya,
ada apa? ” sepontan ia pun menoleh kebelakang
“ nih,
ada hadiah lagi dari adik kelas lo. ”
“
waaauw… Makasiih. ” ucapnya tersenyum dan sedikit melirik ke arahku
Tak sangka jika hari ini, hari valietin. Pantasan saja
hampir puluhan kotak coklat dan surat cinta yang mereka berikan untuk kakakku.
“ junita …. Buat gua satu yaa?” rayu pipit tersenyum
lembut
“ ya,
ambil aja kalo lo mau. ” jawabnya santai
Tak heran junita selalu saja menghampiri aku saat hari
penuh dengan coklat, ya dia memang tau apa yang aku suka. Walau tak terlalu
perhatian, secara diam ia membawa banyak kotak coklat untuk ku. sedikit takut
jika bertemu dengan segerombolan orang yang menyukai nya.
“ hei …..! melamun aja ni, coba tebak kakak bawa apa buat
kamu ?! mmmmmph ” lirik nya lalu tersenyum hangat
“
tudo point aja kali, ga usah pakek sok baik gitu …! ” jawab ku sedikit
kasar
“ emmmmph oke, nih coklat buat kamu … ” sepontan ia
tersenyum dan memberikan coklat itu padaku
Ya, tak ada kata segan dan menolak untukku jika sudah
melihat cokelat.
***
Lain bagiku dan lain bagi mereka, bagi mereka aku bukanlah
adik kandung junita. Ya, bagaimana tidak. Jujur saja, sebenarnya aku tak pernah
ingin bersekolah di satu tempat yang sama dengan kakakku.
karena……………………………………………………………………………………………… Aku mempunyai banyak kebedaan dan
kekurangan yang tak di miliki oleh kakakku. tak lain seperti warna kulitku,
kakakku mempunyai kulit yang bewarna putih susu, lain dengan kulitku yang
bewarna kuning langsat. Bukan hanya itu, aku tidak sepintar kakakku dan aku
juga tidak sepopuler kakakku. Aku benci dengan mereka semua, aku lebih di kenal
dengan sebutan si ratu preman, Sifat ku yang sangat suka mengganggu orang dan
gayaku yang ugal-ugalan. Itu lah satu hal yang paling mereka benci dari ku, aku
selalu saja membuat masalah di sekolah. Bayangkan saja baru satu semester aku
berada di sekolah ini, sudah 3 kali orang tua ku di panggil untuk menjumpai
kepala sekolah. Jujur saja aku tak pernah ada maksud untuk berbuat jail di
sekolah maupun di luar sekolah namun, tau saja hati dan diri ku terlalu jealous
melihat kakak ku yang ku anggap gadis sempurna.
Sedikit
ku coba untuk berubah, tapi maaf bukan tak bisa tapi aku tak terbiasa. Baik lah
aku akan selalu mengatakan aku diri ku dan kamu bukan aku, Semua perkataan
mereka aku jadi kan tulisan di buku harian tebal dan mungil punya ku. Jangan
salah loh walau pun aku sering di nilai sama orang kurang baik tapi, preman-preman
kayak gini baik juga loh hati nya. Eumm…. Jangan salah juga, preman-preman gini
jago masak juga loh! (y) Aku sangat senang dengan panggilan “ si ratu preman! ”
karena panggilan itu aku menjadi populer. Tapi, maaf aku populer bukan karena
cantik, manis, pintar atau yang lain. Aku populer karena sifat jail ku yang
kurang di senangi oleh banyak orang. Sesekali muncul lagi keinginan ku untuk
berubah, mengapa tidak? Aku ingin seperti kakak ku. Aku ingin di kagumi dengan
banyak orang dan bukan hanya itu aku juga ingin menjadi pintar seperti kakak
ku, siang ini terlalu sunyi di dekat taman perasaan ku, aku ingin ada yang
datang menghampiri ku. namun, semua itu tak mudah yang seperti aku harap kan,
tetap saja setia nya sahabat ku. 4 tahun sudah lama nya persahabatan yang sudah
aku jalani dengan jemmy dan aldila, mereka sahabat terbaik serta orang terbaik
yang pernah aku kenal. Banyak jalan cerita yang kami lalui bersama-sama, senang,
duka, sedih dan lara tetap kami jalani bersama. Mata ku pun kini terbuai akan
indah nya memandang awan yang terasa sedang tersenyum pada ku tetapi, itu semua
sekejab hilang menjadi abu. Bisikan maut kini terasa menghampiri kedamaian ku,
sedikit hati ku bertanya apa lagi kemauan si gadis itu datang menghampiri ku.
“ eh… ratu preman! Sorak trisie. Tumben diam sendiri? Biasanya kan lo sama
kedua sahabat setia lo itu, kok lo jadi sendiri gini? ” tanya trisie tersenyum
kecil
“ eh… lo mau gua tonjok ya! Jawab ku tukas. Mau gua
sendiri lah apa lah, itu bukan urusan lo…! ” ucap ku sepontan meninggalkan nya
tanpa membalas sedikit senyuman
“ ih…. Takut deh! ” jawab trisie santai
***
Malam kini sudah larut, langit-langit kamarku kini
melenyap. Hanya aku dan tinggal diriku saja yang masih terus memandang
gambar-gambar yang ada di sekitar dinding kamarku, aku tak tahu kapan mataku
ini akan terpejam. Tetapi, lama-kelamaan mataku terasa lelah untuk terus
memandang gambar-gambar itu. Mataku pun terpejam sudah, ku rubuhkan tubuhku
kembali ke dalam selimut bewarna hijau pekat itu. Kini mimpi-mimpi indah terus
menghampiriku. Akupun terbuai sudah, hingga pagi datang tak terasa untuk
membangunkan aku. Dan beginilah akibatnya kebiasaanku yang kurang disiplin
untuk bangun lebih pagi, lagi dan lagi aku menghembuskan nafas kurang lega
untuk menyambut pagi ini. Keluhku yang lagi-lagi terus datang menyalahkan si
bibi yang selama ini merawatku dari kecil hingga aku besar, dan akhirnya tempat
yang aku tujupun kini terlihat sudah. Bangunan yang besar, indah dan megah itu
kini sudah menungguku, permainanpun kini dimulai. Sejuta tawa aku lontarkan saat
aku tengah berjalan menuju kearah kelas, semua mulai memandangku dengan wajah
menunduk dan saling menolehkan sedikit kepala. Tetapi, sesaat itu hilang
berlalu. Aku pun merasa heran saat mereka mengalihkan pandangannya kearah yang
lain, langsung saja aku memotong jalan mereka satu-persatu sambil sedikit
bertanya dalam hati “ iih norak banget sih, ada apaan sih emang?! Kok pada
macam pasar ikan semua ya? ” namun, semua belum terjawab jika aku belum terus
bergegas untuk melihatnya dan kini terlihat sudah. rupa-rupanya itu seorang lelaki
yang banyak digemari ama cewek-cewek di SMA ku ini, ya termasuk sahabatku yang
bernama aldila salah satu penggemarnya.
“ ya elah…. Ternyata dia rupa nya! Kalo gua tau dia mah,
kagak bakalan gua liat tuh mukak….! ” ucap ku yang kini sepele
“
Tuh… kakak senior kesayangan lo al! ” sambung jemmy kini melirik aldila
“ aduh…. Kita kesana yuk? Ajak aldila yang kini terus
merengek. Gua kan juga mau foto bareng ama kak dicky! ”
“ yah males banget gua, cowok kayak si dicky itu di
perebutin! Aduh… ga ada yang lain apa? udah tampang pas pasan kayak gitu lagi
ih… ogah! ” tukas ku
“
iya lo bener juwit! Jempol jemmy untuk ku. Lo juga al ngapain kejar cowok jelek
kayak dia? ” Tanya nya sesekali
“ enak aja kalian jelek jelekin kak dicky… Kalian liat
aja ya, gua yakin pasti di antara kalian berdua nanti nya ada yang suka ama kak
dicky! ” jawab aldila sedikit murung
Kini akupun mulai tak peduli dengan rengekan aldila,
dengan sedikit melirik akupun masuk kedalam kelas. Sepulang dari sekolahpun
aku, jemmy dan aldila tidak langsung pulang kerumah. Kami pergi kelapangan
basket terlebih dahulu, untuk melihat sejenak sang pangeran impian aldila itu.
“ aduh, sumpah deh al kalo bukan karena lo sahabat gua, gua ga akan mau capek-capek
kayak gini dan buang waktu untuk ngeliat si dicky main basket! ” keluh ku
“ plis….. kali ini aja ya jem,
juwit! ” rayu aldila sekali lagi
“ aduh terserah lo deh, yang jelas mendingan lo samperin
dia aja deh di sana yang lagi pada istirahat! ”
“
emmmmmp bener banget lo, bener tuh apa kata juwit! Nih minuman untuk dia, udah
gih pergi sana jangan lupa kasih tu minuman ya! ” saran jemmy
“ tapi gimana cara nya? ” jawab aldila seolah begok
“ yah
payah amat si lo. Tinggal negur, kasih, udah deh selesai kan! ” tukas jemmy yang kini mengkerut kan alis nya
Kini tak ada sedikit jawaban lagi dari aldila si gadis
super juper telmi itu, ia hanya dapat sedikit gugup dalam berjalan saat ingin
menyapa sang pangeran impian nya itu. Tingkah laku nya serasa tak wajar lagi,
keringat dingin datang meleleh kan sekujur tubuh nya itu. Hanya aku dan jemmy
yang kini saling menoleh keheranan melihat nya, dengan sedikit tawaan kecil.
“ hai.. Kak dicky! ” sapa nya malu-malu
“ hai
juga aldila. Ada apa? ” jawab dicky kini tersenyum
“ oh,
enggak Cuma mau kasih ini aja kok! ” ucap aldila yang lagi-lagi menjadi salah
tingkah
“
waaauw…! Makasih ya. ” jawab nya santai sambil mengambil minuman itu dari
tangan ku
“
wuuusss ada minuman tuh. Untuk gua ya! ” sambung yudha yang sepontan membuka
tutup minuman itu dan meminumnya
“
yah, itu kan buat dicky. Kok jadi lo yang minum sih yud? ”
“ ou.. sorry! Abisnya gua masih haus banget nih… ”
“
ih, ganggu orang aja sih! Ga tau apa kalo gua lagi pe…de…ka…te… an ama kak
dicky…! ”
“
hah ? yakin lo? ” tanya nya sedikit meragu
Aldila
pun bergegas pergi meninggalkan mereka dengan wajah murung di hadapanku, aku
dan jemmy hanya bisa sedikit terdiam untuk jawaban itu.
***
Matahari pagi kini menyinari seisi ruang kamarku, menyapaku
dengan bahasa kalbu yang indah. Namun, mataku masih tetap terpejam, tubuhku
masih saja terasa berat untuk bangun menyambut keindahan pagi hari ini.
tetapi, jikaku fikir didalam mimpiku.
Matahari yang telah menerang membangunkan aku
pasti akan marah datang melelehkan aku yang masih saja bermalas-malasan.
Seorang perempuan tua yang kini datang mendekat keatas tempat tidurku, dan
sedikit membisikan sebuah kata yang kini belum juga terjelas dengar di
telingaku.
“
non, bangun non. Sudah pagi! ” lagi-lagi si bibi yang datang untuk membangunkan
aku dari mimpi-mimpiku yang tak pasti nyata
Dan
lagi-lagi aku yang ramah di sapa dengan sebuah nama non juwita itu pun bangkit
dan membuka kedua mata indahku, dengan sedikit menguceknya beberapa kali saja
lalu, menatap wajah si bibi yang sedang hendak mencoba ingin membangunkan aku
lagi. Dengan wajah sedikit murung akupun menatap sebuah cermin besar yang mewah
itu di kamarku, sambil memandang sebuah gaun yang hendak tak punya niat inginku
pakai. Tetapi, lagi-lagi mamaku menatapku sedikit kurang baik jika aku terus
menolak untuk memakai gaun kembang bewarna hitam bunga biru itu. Dengan wajah
terpaksa akupun mengambil gaun yang ku kira itu bukan gaun terbaik jika aku
yang memakainya, mamaku hanya sedikit tersenyum melihat tingkahku yang kurang
disenangi.
Kini
sudah tiba saatnya untukku keluar dari kamar dan memamerkan sedikit senyumanku
yang memakai gaun kembang itu, aku tahu mungkin sedikit kurang pantas bagiku
yang sudah akrab disapa sebagai “ SI RATU PREMAN ” memakai sebuah gaun yang
mereka anggap itu cukup feminim untuk aku yang mengenakannya. Wajahku pun kini
mulai memerah saat mama terus saja memaksaku untuk keluar dari kamarku, hatiku
tersentak, rasa bersiap malu kini terus terlintas di angan-anganku. Warna-warna
pelangi kini menghiasi seisi ruangan terbuka itu, dengan keindahan pagi yang
kini cukup mendukung cuacanya. Tapi kini tinggal aku yang masih ragu untuk keluar dari kamar.
“ aduh
mama, aku gak pede pakek gaun norak kayak begini. Aku maunya pakek pakaian yang
keren dan meching ala preman sekarang! ”
“
juwita percaya dong, kamu ini udah cantik banget sayang! hanya pagi ini saja… ”
Bujuk mama
“
ma, juwita gak habis piker deh. Yang ulang tahun itukan kak junita, bukan
juwita mama..! jadi, ngapain cobak juwita turun ribet-ribet pakek gaun yang
uuuuuuhhh gak banget. ” ucapku sedikit lebih kecewa membayangkan hal semacam
ini
“
juwita, harusnya kamu seneng dong sayang. Oke mama tau kamu benci sama yang
namanya baju gaun tapi, Cuma pagi ini aja sayang. Dan itu gak lama…! ”
“ pokoknya juwita gak mau! ”
“ oke kalau kamu tidak mau turun sekarang, mama akan
ngurung kamu seharian! ”
Ucap
mama yang kini sepontan meninggalkan ku begitu saja di dalam kamar sendirian.
“ huh..! Kalo bukan
karna trauma jatuh pake gaun, gua bakalan tiap hari pake gaun ” keluhku
Kini aku hanya dapat terdiam dalam kamar, menyaksikan
keindahan pesta dari balik jendela kamar dengar sorak sorai kegembiraan
menghadiri acara ulang tahun kakak ku, perasaan sedih muncul saat setetes demi
setetes air mataku jatuh membasahi kedua pipiku dengan terus menatap rasa
kecemburuan yang kini sudah mendalam. Hatiku kini serasa tersambar kuatnya
petir, aku terus saja menangis dan membanting semua benda-benda yang kini ada
di hadapanku. Aku terus bertanya dan bertanya pada sebuah cermin yang padahal
dia hanyalah sebuah benda mati.
“ apa kurangnya gua? apa kesalahan gua, sehingga gua gak
pernah bisa kayak kak junita? Gua cemburu! Gua cemburu sama semua yang ada
dalam dirinya junita! Junita selalu jadi kebanggaan buat semua orang tapi, gua
Cuma bisa buat onar dan gak pernah bisa jadi kesayangan buat semua orang! Gua
mau kayak junita….. heuheuheuheuheu……! ” ucapku yang kini terus menangis di
atas lipaatan selimut tebal itu.
Setelah lama menangis, akhirnya sedikit terdengar suara
bisikan pintu yang kini terbuka lebar. Mataku yang tadinya indah kini menjadi
lembam karena terus-terusan menangis, tak ada seorangpun yang peduli padaku
saat ini. hanya saja si bibi yang tetap membujukku agar aku tak murung lagi,
mama bahkan juga dengan kakakku hanya diam melirikku. “ ya Tuhan, andai di sini
ada papa. Pasti papa bisa lebih mengerti sepenuhnya dengan sikapku ….! ”
“ ma, juwita minta maaf ya. ” bujukku saat tengah makan
siang
Wajahku tertunduk, saat tak ada sedikitpun jawaban yang
aku dapatkan dari mama maupun dari junita. Saat itu aku hanya dapat terdiam
membisu dan melanjutkan makan siangku. Siangpun berlalu dan menjadi keindahan
sore tetapi, itu sejenak hilang menjadi malam rasa-rasaku saat mama tetap diam
dan tak ingin bicara padaku. Kini aku hanya dapat menunggu malam tiba, ingin
rasanya aku menangis di atas rembulan yang indah. Namun, dapatkah aku
mencapainya. Mungkin itu hanya sekedar mimpi berlalu, mengingat memori saat
papa masih ada di sisiku. Tapi kini papa harus berada jauh di mataku, dan dekat
di hatiku.
***
Masih dengan kebiasaan buruk yang setiap paginya kubuat,
selalu merasa ribet dan menyalahkan si bibi yang kini tengah sibuk menyiapkan
sarapan pagi untukku. Dengan sedikit keluh, gerak-gerikku masih saja
tertinggal. Teriakan yang dahsyat yang memperingati supaya si bibi yang
lagi-lagi lupa menyiapkan pakaian sekolahku hari ini, belum lagi omelanku yang
terus saja datang menghantui telinga si bibi untuk menyusun mata pelajaran hari
ini. Bukan main pusing kepala tujuh keliling si bibi menyiapkan semuanya dengan
sendirian, mamaku hanya terdiam dan sedikit mengkerutkan alisnya melihat
tingkahku yang belum juga berubah. Dan akhirnya sekolahku pun kini tertuju
sudah, dan lagi-lagi mereka mengalihkan pandangannya untuk mengabaikan aku dan
memandang kearah junita yang sedang berjalan menuju kelas. tetapi, sedikit aku
perhatikan dari kejauhan tampak ada yang datang menghampiri kakakku junita.
Belum lama aku memperhatikan gerak-geriknya seorang lelaki yang belum ku kenal
itu, tiba-tiba saja jemmy dan aldila datang menghampiriku. Dan langsung saja
aku mengalihkan pandanganku kearah mereka dan berjalan menuju kelas bersama
kedua sahabatku.
“ hei! ” sapa lelaki
itu yang katanya dia mantan pacarnya kakakku dulu
“ top….! ” kakakku
terkejut matanya serasa gelap dan ia menguceknya beberapa kali
“
hei, junita! Lo masih ingat sama gua kan? mantan pacar lo. Mantan yang udah lo
buang, lo hina di depan banyak orang, jujur gua masih ada rasa dendam sama lo! ”
ucapnya tersenyum kecil
“ jadi
lo sekolah di sini? Sejak kapan lo ada di sini? ”
“
gua rasa lo ga perlu tau tentang hal itu, yang jelas gua bakalan ngalahin lo
perlahan di sekolah ini ” jawabnya sepontan meninggalkan junita
Mata
kakakku kini terasa benar-benar gelap, aliran nafasnya kini sudah mulai tak
wajar. Ia menjadi sesak seperti di bekap dengan bantal, kepalanya pusing
berputar-putar dan kini ia hanya dapat terbaring di atas ranjang UKS sekolah.
“ maafin
gua jun, lo harus tau gimana rasanya sakit hati! ” ucap top yang kini sedikit
melirik kearah UKS
“ eh, ratu preman..! Ayo, ikut gua
kakak lo di ruang UKS tuh lagi sakit! ” ajak pipit menarik tanganku
“
kenapa lagi tuh orang? Nyusahin gua aja deh kayaknya! ” jawabku sepele
“ lo
kurang ajar banget sih jadi adik, bukan nya khawatir sama kakak lo, ni malah
sepele kaya gitu! ” jawab pipit yang kini menunjuk ke arah junita yang sudah
terbaring di ruang UKS
“ jantung lo kambuh lagi? Tanyaku sedikit memelankan
suara. Kalo lo uda ga sanggup untuk belajar, pulang aja kerumah biar gua yang
ngantar lo pulang! ”
***
Malam
kini datang menghampiriku, kulihat kakakku junita yang kini masih saja
terbaring di atas ranjangnya dengan gulungan selimut tebalnya itu. kini aku tak
tau, mengapa aku terdiam melihat keadaannya, mataku mulai berbinar-binar. Ingin
hatiku menangis, ingin diriku juga ikut menangis tapi, niatku itu sepintas
hilang berlalu saat si bibi menyapaku dan menghelus lembut kepalaku. Dengan
rasa keheranan, sinar pagi datang membawa rasa kecintaannya untuk tetap menjadi
temanku, membangkitkan aku dari segala mimpi dan membuka kedua mataku. Tanpa
basa-basi si bibi datang menyapaku dan sudah menyiapkan semua perlengkapan
sekolahku hari ini, akupun tak mau ketinggalan dalam langkahku kali ini.
tetapi, tetap saja junita yang lebih cepat menghampiri mamaku di ruang makan.
Huffff baiklah kini junita ternyata sudah sembuh dan bisa kembali beraktivitas
lagi. Kufikir junita kakakku itu sudah tidak selamat lagi dari maut yang
berniat untuk menjemputnya, karena penyakit jantungnya yang sudah tak mungkin
lagi bisa kukatakan itu bisa bertahan lama. Kini aku sudah tiba di depan pintu
gerbang sekolah dengan menggandeng tangannya junita, aku rasa itu bukan suatu
lelucon yang bisa membuat orang berfikir mengapa aku bisa sedekat itu dengan
junita. Dari kejahuan saja pandangan mereka yang tadinya berlalu lalang, kini
tepat memandang junita dan sedikit memandangku sambil tertawa pelan. Aku hanya
terdiam dan kini aku beranjak melepaskan gandenganku dan pergi meninggalkannya
dengan sedikit rasa kecewaku.
“
juwit….! Lo kenapa? Kok lo nangis gitu? ”
“ kenapa sih jem, gua tu beda dengan kakak gua? salah gua
apa? ” tanyaku kini melirik ke atas wajah jemmy
“ juwit, setiap orang itu pasti punya kekurangan dan
kelebihan. Lo gak salah kok, semua ini udah takdir. ”
“ dan harusnya lo bersyukur, coba lo fikir. Kak junita
walaupun dia cantik tapi dia juga punya kekurangan dalam fisiknya yaitu
penyakit jantung, sedangkan lo tetap masih sehat bugar…! ” sambung aldila yang
kini sedikit ikut menangis melihatku
Jam istirahatpun kini sudah tiba, aku dan kedua sahabatku
berjalan menuju ke arah taman sekolah tapi, sedikit kuintip dan kudengar
pembicaraan kakakku dengan sahabatnya yang bernama pipit itu saat tengah sedang
berjalan.
“ jun 2 bulan lagi
kita tampil drama loh! Seru pipit tersenyum tak sabar. Dan minggu depan kita
ada latihan jangan lupa datang ya jun. ”
“
oke deh, pokoknya lo tenang aja deh. Hehehe….! ” jawabku dengan sedikit tawaan
kecil
***
Pagi
yang penuh pesona hari ini, terasa sangat dingin untuk ku begitu juga untuk
jemmy dan aldila yang tengah asyik membicarakan sang pangeran impiannya aldila.
Akupun mengalihkan pandanganku dengan sedikit candaan agar mereka tertawa riang
tapi, entah mengapa aldila sahabat ku itu terfikir untuk mengungkapkan isi hatinya
secara langsung pada kakak seniornya itu. aku yang tadinya berniat ingin
membuat mereka tertawa kini menjadi tertawa sendiri mendengar ucapan dari
aldila. Namun, jika sudah aldila yang memutuskan apa boleh buat walaupun ia sedikit
takut kalo saja kak dicky entaran di ambil orang. Bagaimana enggak sih? Secara
gitu kakak senior yang sangat di gemari di sekolah ini, bukan hanya ganteng,
manis, pintar, dan pastinya baik hati gitu katanya.
“
lo yakin? ” Tanyaku sedikit meragukannya
“ hmmmmm, gua yakin. ”
“ ah..! udah sana kita
jagaain deh ni taman biar ga ada yang ngeliat! ” bujuk jemmy memaksa aldila
untuk masuk kedalam belakang taman
“ iya dila, ini bener
moment paling seru deh! Sambungku yang kini mendukung
Perlahan-lahan
langkah aldila menuju sang pangeran impiannya pun kini sampai sudah. Jantungnya
terasa berhenti, dan tak berdetak lagi. sedikit aldila mencoba untuk menghilangkan
rasa gugup yang ada pada dirinya dan akhirnya “ aku siap! ” tekadnya
“ hai, kak dicky.. ”
sapanya tersenyum
“ hai juga aldila, Ada
apa? ”
“
hmmmmm aldila mau nanyak sesuatu sama kak dicky, kalo boleh tau kak dicky itu
udah punya pacar belom? Sejenak tak kudengar sedikit jawaban darinya. Loh,
kenapa kakak hanya diam? Tanya ku heran. Ya, aku ngerti kok aku inikan jelek,
aku juga gak pintar dan aku…. aku juga gak secantik orang-orang. Tapi,
sebenarnya aku suka sama kakak. Dan itu udah dua tahun lamanya. aku udah coba
untuk ngerubah semua itu tapi, bukan aku gak bisa. Cuma, aku gak terbiasa kak.
” hanya ucapan itu yang cepat aku lontarkan dengan pandangan yang kini
mengundang air mataku
“
dan kamu gak perlu berubah untuk aku, karena aku udah 1 minggu menjalin
hubungan dengan junita. ” jawabnya kini menatap kedua bola mata aldila
“
oke makasih dengan jawabannya! Anggap aja ini hanya suatu le..lu..con yang huff
konyol banget…! ” aku menoleh ke arah jemmy dan juwita dan pergi meninggalkan nya tanpa sedikitpun
adanya senyuman
“
al. udah dong jangan nangis! ” bujukku
Kini
tanpa ada sedikit penjelasanpun aku dan jemmy sudah mengerti apa yang jelas
sudah terjadi hari ini, dan cukup aku tak menyangka bahwa ternyata lelaki itu
sudah menjalin hubungan selala 1 minggu dengan kakakku junita.
***
“
Kini perih yang tengah aku rasakan di dalam benakku! Benar sakit rasanya jika
aku telah memendam perasaan itu selama 2 tahun pada kakak seniorku dicky tapi,
kenapa harus kayak gini jadinya…? ” sesal aldila menangis tersedu-sedu
“
udah al jangan nangis lagi, lagian buat apa coba lo nangis kayak gini? Apa kak
dicky akan berpaling ke lo. Enggakkan! ”
“ makanya kalo cinta itu
jangan terlalu cinta, gini deh kejadian nya! ” tatap jemmy sambil memberikan
sapu tangan kepada aldila
Tak ada yang mengerti
bagaimana yang namanya kesakitan dalam mencinta, sakit sekali jika mencintai
namun tak di cinta. Sekalipun kamu, dia dan mereka tetap saja tak paham dengan
yang namanya kesakitan cinta terkecuali itu hanya diri sendiri. Tak lama sedikit
berbincang dengan kedua sahabatku sambil menangis tersedu-sedu, ponselku pun
tiba-tiba berdering. Ku lihat ada satu pesan dari mama ku. Dan ternyata mama
menyuruhku pulang dengan segera. Sesampai di rumah, kulihat mamaku sedang
membuka sesuatu. Bingkisan besar yang aku tak tau itu untuk siapa dan dari
siapa. Tak ada basa-basi akupun menghampiri mama dan bertanya.
“ mama lagi ngapain sih? Kok pakek acara
nyuruh juwit pulang, padahalkan juwit lagi asyik ngumpul bareng ama jemmy. ”
“ lihat
ini, mama belikan satu buah gaun indah untuk kamu loh sayang! ” jawab mama
tersenyum menatapku
“
hah? Gaun lagi? Ma, juwita itu bukan kayak kak junita yang hobbynya make up dan
pakek gaun! ” ucapku yang benar-benar cukup kecewa dengan hal ini
“ juwit, mama tau pasti karena waktu SMP kamu pernah
jatuh saat ikut fashion showkan ! tapi, itu dulu sayang. Dan sekarang pasti itu
gak bakalan terulang lagi… ”
“ ma, kalo aku tetap gak suka sama
gaun. Itu berarti aku tetap gak suka! ” jawabku yang masih saja keras kepala
“ yasudah kalo kamu ga mau mama atur lagi, sekarang
terserah sama kamu! ”
Tak ada jawaban lagi dariku, hanya
jawaban kesal dariku yang kini membanting pintu kamarku. Dengan menatap cermin
sambil menangis, dan terus menangis hingga pagi datang lagi untuk menyadarkan
aku.
***
Pagi indah penuh pesona kini tampak dari wajah kakakku
junita yang berbinar-binar. Dengan senyuman, ia mengirim hembusan kedamaian
yang turun menghampiri dan mendekapnya dengan penuh rasa kecintaan. Bukan main
bangganya ia tetap mempertahankan prestasinya untuk menjadi bintang sekolah,
moment yang begitu hangat baginya tidak bagiku yang lagi-lagi terjerat dalam
sebuah permainan yang tak dapat aku bayangkan.
“
juara 2, bintang sekolah tahun ini jatuh
kepada Juwita Saffira….! Di harapkan kepada anak kami untuk naik ke atas
panggung segera! ” ucap bu lili yang kini tersenyum sambil menepuk kedua tangannya
Aku serasa tak percaya, seperti ada petir di siang hari
yang datang untuk menyambarku. Dengan rasa sedikit kurang percaya diripun, aku
naik ke atas dan mengucapkan sebuah kata aku bersyukur kepada Tuhan. Orang-orang
kini terheran aneh melihatku yang pede berada di atas panggung, semua saling
membisik satu sama lain membicarakan aku yang tengah masih berada di atas
panggung. Dan ternyata………………………………………………………………….. itu semua ada kesalahan dalam
pengucapan kata, bukan main malunya aku yang kini terus di sorak hingga aku
ingin menangis rasanya. Tetapi, akan lebih malunya jika aku “ SI RTU PREMAN ”
menangis tersedu-sedu di hadapan mereka, kenyataan yang sangat buruk untukku.
Seketika wajahku benar-benar berubah menjadi warna pink, kucoba untuk
menghilangkan rasa maluku.
“
guakan preman ngapain gua harus malu! ” ucapku melirih dalam hati
Tak
lama selesai dari acara pembagian rapot kenaikan semester 2 itu akupun pulang
bersamaan dengan kakakku, di dalam mobil yang super nyaman itu. mataku
menerawang ke arah jendela, perasaan malu kini timbul saat pintu gerbang
rumahku terbuka lebar dan kini aku hanya diam terduduk di atas kursi sofa mewah
itu, sambil melihat kakakku yang kini terus di banggakan oleh mama. Dengan
sedikit kata sindiran yang mama lontarkan untukku, terasa membuat hatiku jatuh
seperti susah untuk bangkit kembali.
“ liat
tuh kakak kamu dia rajin belajar makanya, dapat banyak penghargaan. Makanya kamu
belajar sama kakak kamu biar dapat juara kayak kakak kamu juga…! ”
“
mama kenapa sih selalu aja banding-bandingin aku sama junita? Aku tu gak sama
kayak dia, jadi mama gak usah repot-repot terus banding-bandingin aku sama kak
junita! ” jawabku kesal penuh dengan tatapan tajam menatap wajah junita
“
mama bukan bandingin kamu sayang tapi, mama mau kamu tu kayak kakak kamu! ”
“
aku bukan dia ma, aku bukan junita! Kalo mama udah tau aku gak sama pinternya
kayak junita, ngapain juga mama sekolahin aku di satu tempat yang sama dengan
junita? ” Tanyaku berkeras
“
sayang mama tuh nyekolahin kamu sama kayak kakak kamu, biar ada yang jagain
kamu. ”
“ aku bukan anak kecil
lagi ma, lagian buat aku junita itu gak pernah penting dalam hidup aku! ” jawabku
sepontan meninggalkan mama
“
hmmm… anak itu memang keras kepala! ”
Aku
menangis di dalam kesendirianku, aku terbayang akan semua kelakuanku yang
pernah membuat orang jengkel terhadap ku.
“
heuh, gua lupa! Gua kan ratu preman ga pernah bole nangis! ” ucapku sambil
menghapus air mataku
***
Mentari bersinar terang melihatkan dirinya serta
senyumannya. Sedikit kupandang hari yang kini mulai jadi lebih bewarna, aku
bertanya dalam hatiku. adakah seseorang yang ingin mengajari aku hingga aku dan
benar-benar aku tak menjadi anak yang nakal lagi? Tak ada jawaban, hanya saja
tanda tanya besar di dalam hati. Nasihat guru saja tak kudengar, apa lagi
nasihat orang tuaku. Sungguh aku lelah untuk berpura-pura menjadi si ratu
preman, dengan rasa kecemburuan yang mendalam kini aku membawa kesalahan. Aku
tersadar kelemahanku yang kini rindu akan kasih sayang dari seorang papa yang
sudah lama menghilang dan belum juga kunjung untuk menghampiriku. Aku terbayang
kasih sayangmu papa, kasih sayangmu yang dulu selalu ada untuk menemani hari-hariku
hingga kini menjadi asap debu karena pekerjaan yang harus kau tempuh begitu
berat. Aku akan selalu sadar jika aku memang seorang gadis remaja yang beruntung,
beruntung mempunyai gaya hidup mewah dan mempunyai keturunan yang begitu kaya
raya.
“
duh, gua kok baru sekarang ya sadarnya? Begok-begok, udah lama kali lo gak
ketemu ama papa! ”
Tak
lama semua bayangan itu terhapus dan hilang saat kudengar suara panggilan dari
ruang depan datang menghampiriku dangan nada suara yang besar.
“
juwita….! Ayo, makan dulu! ”
“
iya iya…! ” jawabku segera masuk ketoilet untuk membasuh wajahku, lalu turun
untuk makan
“ ini!
” sapa junita memberi sesuatu ditangan ku
“ apaan
nih? ”
“ udah, entar sore lo pergi ke beautiq biasa kita beli
baju ya…! ” jawab junita yang kini sedikit aneh tingkahnya terhadapku
Tak mengerti aku maksudnya junita tapi, tetap saja itu
suatu suruhan yang harus aku kerjakan. Tak lama aku pun berangkat bersama
dengan nya.
Sesampai di sekolah, aku melihat kedua sahabatku dari
kejauhan melambaikan tangan mereka padaku.
“ pada
kesetanan apaan kalian, senyam-senyum gitu? ” Tanyaku sedikit keheranan
“ lo
tau gak ini hari apa??? ” Tanya aldila dengan nada sedikit tertawa
“ya tau, inikan hari kamis!” jawabku sedikit mengkerutkan
alis
“
dan harikan, happy brithday sayang…..! ” sambut jemmy dan aldila dengan hangat
Tak ku sangka ternyata ada juga kejutan di balik
kesedihan cinta yang tak kumiliki. Ku tatap bola mata mereka dengan berlinang
tetesan air mataku. Pandanganku kini sudah menjadi pandangan hangat, teringat
hari yang pernah aku lalui bersama papaku saat aku berulang tahun malam itu.
Banyak hadiah serta kue ucapan selamat untukku, aku tersenyum dengan semua ini
walau hatiku menangis aku akan tetap memeluk erat kedua sahabat baik terbaikku
itu. Seperti yang tadi aku katakan, sepulang sekolah aku harus pergi ketempat
beautiq biasa aku membeli banyak model baju bersama junita kakakku. Sesampai
disana, kulihat kakakku dengan seorang lelaki yang sudah agak lumayan tua. Ku mengintim
sedikit sebelum masuk kedalam beautiq itu , dan tak pernah dapat aku bayangkan
jika ternyata itu papa.
“ papa….. ” lirihku yang kini menangis mendekapnya
“ selamat
ulang tahun sayang…! ” jawaban itu yang jelas kudengar di telingaku
“ oya, juwit papa mau kamu harus merubah
penampilan kamu! ” senyum papa mengambil sebuah gaun
“ Pakek
gaun? Tapi pa juwita gak pede. ”
“ kenapa harus enggak? Katanya sayang sama papa…. ” kata
papa mencoba merayu aku
“ yaudah, ok ok juwita pakek untuk hari. ”
Setelah beberapa menit papa dan kakakku menungguku di
depan ruang pakaian ganti, akhirnya dengan sedikit wajah tersenyum aku keluar
dan kulihat wajah papaku yang begitu berbinar, membuatku menjadi senang.
Walaupun aku gak suka pakek gaun tapi, hal ini untuk membuat papaku senang akan
aku lakukan.
“ Oya juwit, papa punya satu tawaran untuk kamu! Tapi kalo
kamu mau merubah penampilan serta sikap sifat kamu, papa akan kasih satu tiket
ke amerika untuk kamu! Gimana kamu mau? ” tawar papa terus menatapku dengan
keyakinan
“ gak ah, juwita gak tertarik sama tawaran papa! ”
“
certain? Coba kamu pikir-pikir dulu, apalagi nanti di sana kamu bisa tinggal
sama papa! Ok, gimana kalo selama 4 bulan papa tunggu jawaban dari kamu? ”
“ ok…! ” jawabku sepakat tersenyum manis
Hatiku tambah senang karna kehadiran papa selama seminggu
di rumah, ok kalau di bilang itu memang waktu yang singkat lagi. Tapi, mau
gimana lagi. Papaku itu kan orang super juper sukses yang udah terkenal di luar
negeri.
“ Pa, entar gimana kalau kita buat kue bareng!
Mau yaaa…. ”
“ hmmmmm…. Boleh juga dengan ide kamu itu sayang, ok papa
punya resep baruloh buat kue sepesial untuk kamu. ”
Kini semua bahan sudah ada tepat di depan mataku,
dengan sedikit berkedip mata akupun berniat untuk membuat moment kali ini
menjadi lebih special.
“
hahahahahaha…….! Wajah papa jauh lebih muda loh ternyata kalok sedikit di
olesin ama criem coklat. ” ledekku menertawakan keceriaan papa
“ iih…… Anak papa yang satu ini bener-bener nakal banget
deh. ” jawab papa sedikit mencubit pipiku
Bahagia banget bisa di sisi papa lagi, kalo dulu sih aku
masih bisa tidur bareng ama papa, sambil di bacain dongeng dengan junita. Tapi,
sekarang itu udah beda dan gak mungkin lagi. Karena aku udah lebih besar dan
gak mungkin terus-terusan jadi anak kecil kayak dulu. Bersenang-senang selama 2
hari untuk sedikit mengisi waktu menemani papa yang lagi ada di sini, aku rasa selama
2 hari aku tak berada di sekolah, pastinya membuat mereka yang membenciku
terasa tenang. Tapi, bagiku sepertinya tidak terlalu begitu. Aku tau jika aku
seorang pengacau di sekolah tapi, aku
juga sadar bahwa itu semua cuma terpaksa karena aku sedikit iri dengan junita
kakakku. Haripun cepat berlalu dan selalu berganti, waktu yang terus berputar
membuat kehadiran papa yang kini harus kembali ke America Serikat (USA). mataku
berbinar-binar sudah, aku hanya dapat mendekap sekali lagi seorang papa yang
paling hebat untukku dan juga untuk mama dan kakakku. Hatiku terasa hilang dan
kurang sempurna dengan apa yang kini aku lihat, karena usai sudah jumpaku
dengan papa.
“
good bye pa…! juwita sayaaang papa. ” ku coba memikirkan satu hal yang lebih
baik lagi sebelum aku sukses mendapatkan tiket keamerika serikat (USA)
Papaku
tersenyum dan melambaikan kedua tangannya dan itu semua kini tlah lenyap.
***
Hari ini langit biru menghiasi dunia hatinya junita
kakakku, hatinya serasa dag dig dug dog…..
kulihat ia berjalan mengekspresikan wajah serta gayanya di depan cermin
panjang dalam kamarnya. Tak lama setelah itu ku dengar junita sedang berbincang
dengan sahabatnya pipit lewat ponsel. Namun, hal itu tak perlu kucampuri. Aku
lebih memilih mengejar waktuku sendiri dan kini aku bergegas pergi meninggalkan
pandanganku dari junita. Dengan sepasang pita hijau yang menghiasi gulungan
rambut junita yang kini tampak indah untuknya, dengan pakaian istimewa asal
rancangan Negara Perancis kini telah siap melekat di tubuhnya. Ia pun bergegas
turun dan menghampiri mama yang sudah menunggu sejak tadi.
“
Ma, gimana udah cantikkan pastinya?! Oya, ma junita pergi dulu ya, doain junita
biar tahun ini drama junita yang menang ya mama! Ummuah junita sayang mama… ”
ucapnya yang kini mengecup sebelah pipi mama
“
iya sayang, hati-hati ya… ” jawab mama tersenyum pada junita
Sekilas kegembiraan junita terpasang, di tengah
perjalanan junita kembali bercermin dan sedikit mengambil gambar untuk ia
pajang di dalaam kamarnya. Tersilang beberapa detik kemudian ponselnya kembali memanggil,
dan ternyata itu dicky pacarnya kak junita. Sedikit mereka berbincang karena
sudah tidak sabar untuk berjumpa. Tak lama setelah itu, pembicaraannya pun
tertutup.
“eummmm… dicky memang orangnya gak sabaran
banget deh. ” bisikku tersenyum senang
Lampu merah kini menghentikan langkah jalannya mobil
junita, dengan terpaksa ia harus menunggu hitungan detik lampu merah sampai
jalan menjadi lampu hijau. Tersadar ternyata di samping mobilnya ada sebuah
taxi dan ternyata di dalamnya itu juwita, junitapun membuka sedikit kaca
jendelanya dan menyapa juwita adik kesayangannya itu dengan lembut. Tapi,
sayangnya juwita tak sedikitpun ingin meliriknya. Tak ada rasa kecewa dari
junita sendiri, hanya saja ia sudah lebih terbiasa dengan sifat adiknya yang
kurang ramah itu. junitapun kini menutup
kaca jendelanya dan sedikit berbalik arah melihat kemana arahnya juwita pergi.
Tanpa terasa sepontan mobilnya menabrak mobil tronton besar yang membawa
batu-batuan, ia pun lengah dan tak sadar. Semua orang kini mengerumuni mobilnya
melihat-lihat ke arahnya, matanya menjadi gelap seolah buta dan akhirnya
tertutup rapat. Akupun yang tadinya mengambil jalur yang berbeda, kini membelok
ke arahnya. Suara gentaran membuat aku hendak melihat ada kejadian apa yang
menimpa di jalan perbelokan kiri. Kini akupun menyaksikan kepedihan yang
ternyata kecelakaan maut itu terjadi pada kakakku sendiri, hatiku lemas menjadi
tidak berdaya melihatnya yang kini sudah di ujung jalan. Mataku berbinar-binar
dan kini aku hanya dapat menangis dan merangkulnya dengan sedikit bantuan
orang-orang untuk membawanya kerumah sakit terdekat.
Aku menangis pilu, hatiku tak kuat menerima apa yang baru
saja aku saksikan. Sepintas aku terbayang akan semua kelakuan yang pernah aku
lakukan padanya. “ ya Tuhan, aku sayang padanya, aku cinta padanya dan aku tak
ingin kehilangannya. Tuhan jika waktu dapat terulang, aku berjanji aku akan
lakukan apapun untuk bahagiakannya…. Ku mohon ya Tuhan, sembuhkan dia…. ”
Tak
lama seorang dokter datang menghampiriku dan berkata hal yang tak seharusnya
aku inginkan.
“
korban terkena luka yang cukup serius di bagian kepala, jadi dengan segera tim
medis rumah sakit ini harus melakukan operasi terhadap korban yang bernama
junita. Harap untuk saudari duduk tenang menunggu sampai operasi ini selesai di
lakukan… ”
Setelah mendengar ucapan itu dari dokter, akupun
mengambil ponselku dan memberi tahu kabar buruk itu pada mama tanpa
sepengetahuan papa. Tak lama mama datang dengan wajah panik dan menangis,
akupun hanya bisa menangis dan berdoa sepanjang waktu agar kakakku dapat
bangkit dengan sesempurna mungkin. Lamanya perjalanan operasi yang kakakku
jalani, tak membuat aku untuk lelah dalam menunggu. Kusadari apalah arti
kecemburuan yang selalu ada dalam fikiranku, kurasa semua sama saja. Tiada yang
berbeda, kini aku sadar. Kebahagian seseorang bukan dari kelebihan yang ia
miliki, karena sesungguhnya ia juga masih mempunyai kekurangan yang terkadang
kita tak dapat ikut merasakannya. Karena kebahagian yang sesungguhnya adalah
terletak dalam kekurangan yang kita miliki dengan cinta dan tanpa kecemburuan. Tapi
kini hatiku hancur sudah, tangisku sakit, batinku rapuh. Saat aku tahu bahwa
junita harus tidur panjang dalam mimpi yang takkutahui. Dan kini aku selalu
bertanya, dan kini aku selalu berdoa agar dia tetap hidup dalam terangnya dunia
yang mencintainya. Sesungguhnya ia memang tak ada gantinya dan sesungguhnya ia
memang pantas untuk di cintai dan memang pantas untuk selalu di kenang dengan
ketegarannya.
“
Tuhan… apa benar, orang-orang baik itu akan selalu cepat pergi meninggalkan
orang-orang yang mencintainya? Tuhan… sadarkan lah ia, agar ia tahu bahwa di
sini banyak orang yang menunggunya untuk tetap mengisi hari-hari dunia. Tuhan
sesungguhnya aku ketahui bahwa ia memang tidak dapat tergantikan, ia memang
pantas di cintai dan ia memang pantas untuk selalu di kenang dengan harumnya
bunga melati. Tuhan aku berjanji akan selalu menjaganya, tuhan aku berjanji
tidak akan ada lagi kecemburuan. Tuhan aku berjanji akan merubah semua jalan
kehidupanku seperti jalan yang ia lalui, aku akan coba menggantikan posisinya
walau itu seharusnya takkan mungkin tapi kini telah menjadi mungkin.
“ ma. Apa sebaiknya kita kasih tahu papa aja?
” Tanyaku dengan sedikit berlinang air mata
Mamaku sedikit menahan jawabannya dengan menghembuskan
nafasnya. “ juwit.. itu hanya percuma, mama fikir ini belum waktunya kamu tahu
dengan keadaan kakakmu seperti ini. ”
“ ma. Apa ada 1 hal yang mama sembunyiin dari aku? ”
“ mama yakin kamu bisa lebih dewasa dengan semua keputusan
mama dan papa yang akan bercerai…. ”
Hanya 1 kata yang kini menjadi pertanyaan dalam
fikiranku. “ bercerai? ” aku tak dapat bicara dengan semua apa yang nantinya
akan terjadi, yang sekarang kufikirkan hanya junita. Hanya junita, yang harus
bisa bangkit dari tidurnya itu. Tak lama setelah itu kulihat sahabat kakakku
yang bernama pipit itu datang dengan kekasih pujaan kakakku beserta ke dua
sahabat baikku, aku sedikit terkejut akan kedatangan mereka yang belum ada
kabarnya. Kini setetes demi setetes air mataku jatuh membasahi kedua pipiku,
setelah aku mendengar semua ucapan dari kak dicky yang akan pergi menyusul
keluarganya di Australia.
Kau
buat aku bertanya
Kau
buat aku menangis dengan rasa ini
Aku
seakan tak percaya
Akan
kah ada pengganti mu
selamat
jalan kekasih
aku
mencintai mu
aku
kehilangan mu untuk selama lama nya
cinta
ini kan ku kenang
tak
kan pernah ku lupa
semoga
tidur mu itu tak menjadi selama nya
aku
kan selalu berdoa yang terbaik untuk kehidupan mu yang sudah mewarnai isi hati
ku
maaf
aku tak bisa menjaga mu lagi
karna
ku harus pergi untuk selama nya
ku lihat dicky menangis memegang erat tangan kakak ku
seperti, tak rela untuk begitu saja ia lepaskan namun, sayang itu semua harus
berakhir sampai disini. Di peluknya aku dan ia berkata.
“
katakan padanya jika ia sudah bangun dari mimpi buruknya itu, bahwa akukan
selalu menyimpan rasa yang takkan pernah ada gantinya. Dan aku yakin, tidurnya
takkan jadi untuk tidur selamanya… ” ucapnya melepaskan dekapannya padaku lalu
mencium tangan mamaku dan pergi untuk selamanya
Aku terdiam sejenak dan kulihat lagi sahabat kakakku yang
begitu setia menemaninya di samping kakakku. Ku peluk kedua sahabatku, dan aku
akan selalu mengatakan. “ sahabat adalah teman terbaik yang akan selalu
mensuport kehidupan kita dan beruntungnya aku mempunyai semua itu… ”
Hari hari semakin lenyap berganti, sudah 44 hari lamanya
kakakku yang kini masih tetap belum sadar dari masa kritisnya. Aku mencoba
sedikit berubah untuk lebih baik, aku merubah sikap sifat serta asah otakku
secara diam diam. Mencoba perlahan untuk belajar dan ternyata tak sia-sia
selama ini. Dan akhirnya kini aku berubah menjadi sosok wanita yang ingin
selalu tegar dalam kekurangan seperti junita, yang saat ini masih dalam kondisi
kritis. Aku tak tahu harus sampai kapan junita seperti ini, sedih melihatnya.
Aku ingin dia bangkit, tersenyum saat melihatku di sini masih ada untuknya dan
sudah menjadi seseorang yang dia inginkan. Setiap hari aku selalu melihat
keadaan kakakku yang masih terbaring di rumah sakit dan setianya sahabat kakakku
yang selalu menunggu kehadiran kakakku. kak pipit, dia adalah sahabat terbaik
kakak ku. Dia selalu menemani hari-hari kakakku yang belum juga sadar dari
mimpi buruknya. Dia selalu berada di samping untuk menemani keadaan kakakku,
dan itulah sahabat sejati.
Sahabat
Tetap
Menemani
Kita
Hingga
Kita
Dapat
Tersenyum
Kembali
Dari
Mimpi
Buruk
Yang
pernah ada dalam hidup yang kita lalui
***
8
bulan kemudian
Pagi datang menghampiri kepanasan yang tengah hadir di
dalam suasana rumahku. Angin bertiup kencang menggoyahkan pepohonan rindang,
hujanpun datang menjadi susulan di
tambahnya petir yang dahsyat. Begitulah umpamanya kemarahan papaku yang kini
semakin lebih memuncak sepulang aku dari sekolah, aku hanya dapat tertunduk dan
terdiam membisu. Aku menghindar dari semua kekusaman itu, aku lebih memilih
untuk menangis dan berdoa pada Tuhan. Terasa sedih melihat amarah papaku pada
mama, kini terdengar jelas puing-puing kaca yang di hancurkan dengan papaku dan
hanya dapat menahan tangis bahwa aku akan tetap tegar dalam hal yang tak pernah
terjadi di sepanjang sejarah hidupku ini.
“ Tuhan andai di sini akan selalu ada junita, pasti ku
yakin ini takkan pernah akan terjadi… ”
Namun semua pertengkaran takkan menjadi akhiran dalam
permasalahan. Aku berkata “sudahlah, hentikan semua pertengkaran ini. Juwita gak
sanggup liat papa marah-marah terus dan pastinya gitu juga dengan kak junita.
Percuma aja papa bertengkar karena aku yakin masa kritis kak junita pasti akan
berlanjut karna papa dan mama kayak gini! ”
Mama….. Papa…..
Dalam kegelapan
malam engkau selalu ada
Ada di samping
untuk selalu melindungi
Tapi mengapa
kini menjadi
Puing puing kaca
Menjadi bara
dalam kesedihan
Menjadi
kesengsaraan dalam kehidupan
Hanya tangis
yang dapat tersambut dalam hati
Hanya emosi yang
tak dapat terjaga lagi
Tuhan dapatkah
kau hilangkan masalah besar yang tak pernah terjalin ini?
Redakan lah
semua pertengkaran yang kini terjalin di antara mama dan papa
***
Kini aku tersenyum menyambut tahun baru untuk mimpi baru
yang akan aku jalani. Tetapi, masih saja terlihat kurang dengan kini tak adanya
junita, sudah 2 tahun 44 hari aku menunggu kakakku untuk bangun dari tidurnya,
namun sayang mungkin tuhan belum mengizin kannya untuk menyambut kehidupan baru
Good
by
Masa
SMA
Kan
Ku
Jadi
kan
Masa
Terindah
Yang
Akan
Selalu
Ku
Kenang
Di
Dalam
Sebuah
Buku
kecil mungil punya ku
Ternyata memang benar kata orang bahwa, masa SMA itu
adalah masa terindah yang tak pernah boleh kita lupakan.
Banyak kenangan yang tak dapat aku lupa kan, termasuk
kenangan ku bersama ke dua sahabat ku, kejailan ku dan tentang amarah ku pada
kakak ku.
Walau tahun berganti tetapi sahabat tak terganti, sahabatku
tetap yang dulu jemmy dan aldila, dan kak pipit tetap selalu menemani hari serta
langkah dalam mimpi buruk kakak ku. dia dan dia tetap saja setia menemani kakakku,
terima kasih sahabat.
***
Dan akhirnya perjalanan hidupku kini berubah, aku tahu
tak mudah menerima sosok seseorang yang dulunya bahagia, kini menjadi semu
adanya. Menjadi seorang anak broken home bukanlah hal yang aku inginkan, tapi
jika kufikir kini hidup tlah berubah. Roda kehidupan selalu berputar dan tak
selamanya aku menjadi bahagia. Aku tak ingin terjerat dalam kegelapan karna
kehancuran, aku ingin bangkit dan ingin menuju terang. Agar aku dapat meraih
bintang dan berteriak pada dunia bahwa “ inilah aku… aku akan buktikan tak
seutuhnya anak broken home terkadang hancur karena kegelapan hidup yang ia
lalui, masih ada jalan menerang untuk perubahan. Dan aku ingin tunjukkan walaupun
kini aku seorang anak broken home, bukan berarti aku tak bisa melalui hidupku
dengan bahagia…! ”
Kini aku hanya tersenyum walau dalam hati aku terus
menangis melihat mama hanya sendiri menemani hari-hari junita yang belum pasti
dapat kembali dari masa kritisnya. “ mama yakin kamu bisa. Ucap mamaku kini
menangis memelukku. Juwit, ini hanyalah sementara. Tak mungkin selamanya kita
merajut bahagia, baik-baik disana untuk mama, papa dan kakakmu… ”
“ juwita sayang mama, juwita janji bakalan buktiin ke mama
dan kak junita kalo juwita bakalan nepati janji juwita untuk berubah menjadi
sukses. Yang seperti mama, papa dan kak junita inginkan. ”
Mamaku kini tersenyum melihat dan mendengar sebuah janji
yang akan aku tepati nanti. “ kak, kakak harus bangun… jangan biarkan mama
sendiri, karena aku harus pergi untuk sementara ninggalin semua kebahagian yang
pernah terajut dalam hidup kita. ”
Kini usai sudah semuanya, 8 bulan aku pergi dan kini aku
ingin kembali melihat wajah ceria mama dan kak junita saat melihatku pulang
dengan tiba-tiba menjadi seseorang yang sukses. Tak sabar aku rasanya ingin
mengucapkan sebuah kata untuknya yang tepat hari ini berulang tahun. Tapi kini
semua janji itu tlah hilang, selembar kertas berisi tulisan puisi dan makna
kesetiaan kini terapus sudah. Satu puisi kecil yang aku rangkai untuknya kini
jatuh menjadi sebuah tangisan, walau kutahu kematiaan takkan pernah mengakhiri
cinta.
Belum
sempat aku membagi kebahagiaanku untuknya
Belum
sempat aku membuat dia tersenyum indah
Haruskah
aku kehilangannya di saat aku membutuhkannya
Tuhan
ku mohon jangan lakukan itu
Sebabku
sayang dia
Sebabku
tak rela tak selalu bersamanya
Jika
harus ku alami duka kuatkan hati ini menerimanya
Dan kini batinku tersiksa, saat kutahu dia pergi di saat
aku sedang bahagia. Aku bertanya padanya, walau aku tahu aku takkan pernah
mendapatkan sebuah jawaban dari mulutnya lagi. “ kak, bangun! Bangun kak, lihat
juwita… lihat kak, juwita udah sukses, juwita udah tepatin janji juwita buat
kakak. Tapi kenapa kakak pergi? Kenapa di saat juwita belum sukses, kakak
selalu ada? Tapi kenapa sekarang di saat juwita sukses kakak gak ada? ” ucapku
yang terus menangis memeluknya
“ juwita cukup nak, kakakmu sudah tiada. Jangan sesali
semua yang sudah terjadi, jangan menangis dan jangan bertanya padanya jika kamu
memang melakukan kebaikan ini untuk almarhumah kakakmu… ”
“ baik-baik di sana nak. doa papa, mama dan juwita akan
selalu menyertaimu di sana… ” kini papa dan mamaku hanya bisa pasrah dan
mencoba tidak untuk menangis, walaupun sebenarnya aku tahu mereka menangis pilu
mengingat junita. “ happy brithday kak junita… juwita yakin ini pilihan yang
terbaik untuk kakak dan untuk semuanya. ”
itulah ucapan terakhirku untuknya, aku akan selalu mengenang kebaikankan
yang selama ini terus mengalir untukku. “ selamat jalan junita……….. ”
Kasihku
sampai disini kisah kita
Jangan
tangisi keadaannya
Bukan
karna kita berpisah
Kini
aku mengerti di dalam gelap dan terang saat bersama mu
Untuk
mengambil setetes air mata cinta
Tetap
berjanjilah bahwa engkau akan selalu tersenyum
Untuk
menerangi dunia
Cinta
ku sayang ku kasih ku
Kan
selalu temani langkah mu
Selamat
jalan puisi akhir cerita kita
JUNITA
SAFILANI
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar